TERIMAKASIH SUDAH MANGUNJUNGI BLOG JULDWIPAESCMART,
JULDWIPAESCMART TEMPAT BERBAGI MATERI BAHASA BALI SERTA BERBAGAI INFORMASI
FOREX , MODEL/STRATEGI PEMBELAJARAN, KARYA
ILMIAH,TIPS, APLIKASI SERTA
PENGALAMAN HIDUP PENULIS.
|
||
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK) |
||
“MENINGKATKAN PEMAHAMAN
PENGGUNAAN PANGANGGE TENGENAN DALAM ANALISIS WACANA SUKRENI GADIS BALI
BERAKSARA BALI DENGAN MEDIA PADLET PADA SISWA KELAS XI AKKL 6 SMK N 2 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020.” |
||
I MADE JULIADI SUPADI,S.Pd |
||
NUPTK : 3053765666130153 SMK NEGERI 2 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020 |
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Beberapa tahun terakhir, penelitian tindakan kelas (classroom action research) makin menjadi trend untuk dilakukan oleh para dosen dan guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah, memperbaiki situasi, dan atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Menurut Sunendar (2008), pada awalnya PTK dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial seperti: penggangguran, kenakalan remaja yang berkembang dalam masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematik; kemudian berdasarkan hasil kajian tadi, dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut.
Berkaitan dengan situasi New Normal Era atau Era normal baru dengan kebiasaan baru seperti saat ini, Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi sebuah pilihan di tengah pandemi Covid-19. Pola pelaksanaan pendidikan tatap muka tidak bisa dilaksanakan sementara waktu karena aturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah. Lalu bagaimana wabah Covid-19 telah membawa berkah positif bagi peran orang tua dalam pendidikan karakter anak melalui proses belajar di rumah. Serta di sisi lain para guru dapat melatih keterampilan dalam memanfaatkan teknologi. Bahwa PJJ merupakan sistem pendidikan yang paling sesuai dengan mengacu Protokol Kesehatan Covid-19 yang berlaku yaitu adanya pembatasan fisik (physical distancing) untuk mencegah penularan Covid-19. Melalui PJJ, proses belajar mengajar tetap berlangsung tanpa perlu tatap muka secara langsung. Saat ini, Kemendikbud menyediakan Kuota Bantuan Belajar yang dapat dimanfaatkan oleh Guru dan Peserta Didik.
Minimnya komunikasi antara Peserta Didik dengan Guru dalam pembelajaraan daring. Suasana keakraban, saling memberi perhatian dan memberi semangat hanya terlihat dari satu arah yaitu Guru. Kebanyakan Peserta Didik hanya menjawab salam sapa seperlunya lewat Media yang ada. Komunikasi antara Guru dan Peserta Didik harusnya bisa dilakukan secara lebih intens meskipun mereka hanya dapat berkomunikasi melaui media sosial atau dalam jaringan. Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Jarak Jauh saat ini bisa dilihat dari persentasi dalam pengumpulan tugas Daring, maka bisa disimpulkan bahwa tugas yang tersubmit oleh peserta didik tidak bisa mencapai 100 %. Kesulitan lain dalam perubahan di era new normal dari Pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran daring. Meskipun Guru sudah memberikan tutorial terkadang peserta lebih memahami praktek secara langsung dengan tatap muka. Tutorial yang dimaksudkan adalah pengarahan secara individu ataupun secara berkelompok melalui whatsapp grup atau komunikasi pribadi secara langsung dengan peserta didik.
Peserta Didik dalam proses pembelajaran Daring Bahasa Bali, mestinya terlibat secara aktif, tetapi dalam kenyataannya mereka sangat pasif. Proses pembelajaran mestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa secara komunikatif, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada
kosakata, lafal, dan struktur teks. Bahasa Bali dijadikan penilaian kualitas partisipasi mereka, setelah diberi contoh, maka pemahaman penggunaan pangangge tengenan dalam manganalisis wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali akan meningkat Jika pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikatif berbahasa Bali, kualitas komunikasi dalam proses pembelajaran daring akan meningkat Melalui kegiatan yang menyenangkan dalam belajar menggunakan bahasa Bali, keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan meningkat Jika kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan masing-masing siswa, kemandirian belajar siswa akan meningkat.
Dengan dilaksanakannya PTK tentang “Meningkatkan Pemahaman Penggunaan Pangangge Tengenan Dalam Analisis Wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali Dengan Media Padlet Pada Siswa Kelas X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020,” berarti guru berkedudukan sebagai peneliti dalam kegiatan PTK dalam Pembelajaran Jarak Jauh, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dapat dilakukan secara sistematik, realistik, dan rasional; dengan cara meneliti semua aksinya‘ di depan kelas daring (dalam jaringan) sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan- kekurangannya. Apabila dalam pelaksanaan aksinya masih terdapat kekurangan, guru tadi diharapkan bersedia melakukan perubahan, perbaikan, dan atau penyempurnaan- penyempurnaan.
Identifikasi Masalah
Dalam mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, ada beberapa hal yang saya temukan adalah bahwa pemahaman Peserta Didik di kelas X AKKL 6 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Denpasar dalam pemahamannya menggunkan pengangge tengenan berada pada rentang nilai yang kurang maksimal. Dari rentang hasil nilai tugas menulis penggunaan pangangge tengenan yang dikumpulkan ditemukan nilai-nilai yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Juga permasalahan saat ini manganalisis pangangge tengenan menjadi sebuah hal yang jarang dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan.
Analisis Masalah
Dalam mencoba menganalisis masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran penggunaan pangangge tengenan dalam manganalisis wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali, ada beberapa hal yang saya temukan Peserta Didik Kelas X AKKL 6 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Denpasar mestinya mampu memahami penggunaan pangangge tengenan dalam manganalisi Wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali secara sederhana, tetapi dalam kenyataannya penulisan mereka lebih bersifat klasifikasi/ menjawab pertanyaan seputar teks/ wacana sukreni gadis Bali yang ada.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah/hipotesis dalam penelitian tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini rumusan masalah adalah “MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENGGUNAAN PANGANGGE TENGENAN DALAM ANALISIS WACANA SUKRENI GADIS BALI BERAKSARA BALI DENGAN MEDIA PADLET PADA SISWA KELAS X AKKL 6 SMK N 2 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020.”
Tujuan Penelitian
Kegiatan Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru memiliki karakteristik khas tersendiri. PTK bukan untuk menguji sebuah hipotesa, sebagaimana lazimnya penelitian formal yang dilakukan di oleh perorangan atau lembaga. PTK itu merupakan langkah atau serangkaian proses yang dilaksanakan guru dalam dan selama pembelajaran. Proses ini dilakukan secara mandiri dimana guru berperan sebagai peneliti internal. Pelaksanaannya pun tidak pernah berakhir. Berkelanjutan serta membentuk sebuah siklus kegiatan yang berulang.
Seorang pendidik kususnya Guru menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan mengganjal dalam pembelajaran daring yang mereka lakukan. Apa yang tidak beres? Apa yang terasa mengganjal? Poin-poin ini dicatat dan diagendakan oleh guru sebagai catatan masalah pembelajaran yang dialaminya.
Berdasarkan hal tersebut,tujuan yang hendak dicapai oleh guru dalam melakukan PTK adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran daring pada materi manganalisis pangangge tengenan dalam wacana sukreni Gadis Bali Beraksara Bali menggunkan Padlet. Hasil belajar daring yang kurang memuaskan merupakan indikasi proses pembelajaran yang mengalami masalah. Faktanya, tidak seorang pun guru yang tidak mengalami kendala dan masalah dalam mengajar.
Manfaat Penelitian
Malalui pelaksanaan kegiatan PTK diperoleh beberapa manfaat bagi guru, diantaranya:
Laporan tertulis kegiatan PTK bisa dijadikan bukti fisik guru telah membuat karya tulis ilmiah. Karya ilmiah ini dapat digunakan guru untuk berbagai keperluan seperti kenaikan pangkat/golongan, mengikuti lomba guru berprestasi, lomba kreativitas guru, dan lain sebagaianya.
Seorang pendiddik kususnya Guru terbiasa melaksanakan penelitian secara mandiri untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang dijalankannya. Pada gilirannya nanti guru akan menjadi pemecah masalah pembelajaran yang handal sehingga layak bergelar guru profesional.
Dapat memperbaiki kualitas proses maupun hasil pembelajaran. Lazimnya, proses yang berkualitas akan mengantarkan guru pada hasil yang berkualitas pula.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Zaman telah berubah, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala perkembangan ini harus diantisipasi agar seluruh bangsa tidak tertinggal dalam percaturan di tingkat global. Harus diakui, perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21 sekarang ini memang telah terjadi pergeseran, baik ciri maupun model pembelajaran. Hal inilah yang harus direspons oleh stake-holders pendidikan khususnya pahlawan tanpa tanda jasa yaitu guru dan dosen. Tugas utama seorang guru dan dosen adalah merancang, menyajikan, dan mengevaluasi bahan ajar, disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang membatasinya, dengan tujuan agar peserta didik (siswa dan mahasiswa) memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu guru dan dosen harus menguasai dan mengembangkan ketiga ranah profesi yang perkembangannya semakin kompleks sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan pandangan Zainal Aqib (2018) Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yaitu Penelitian, Tindakan, Kelas, berikut penjelasanya.
Penelitian, diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metedologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dar suatu hal yang menarik minat yang paling penting dalam penelitian
Tindakan, diartikan sebagai suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan.
Kelas, diartikan sebagai tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajara yang sama dari seorang guru.
Menurut Maman Rahman 2009, Pada hakikatnya PTK adalah proses untuk perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran ke arah yang lebih baik untuk tercapainya pembelajaran yang optimal.
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara keseluruhan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdapat empat langkah dalam satu siklus pembelajaran yang harus terpenuhi. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988) yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik tertentu maupun terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Keempat langkah ini terus berjalan sampai ditemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Keempat langkah dimaksud adalah :
Menyusun rancangan tindakan (perencanaan)
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana penelitian tindakan kelas dilakukan. Peneliti menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta-fakta yang terjadi selama pengamatan berlangsung. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan selera guru (peneliti) agar pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat terjadi dengan wajar tanpa merubah pembelajaran sebelumnya. Dalam hal ini telah dilakukan analisis berdasarkan Nilai PTS (Penilaian Tengah Semester)
Pelaksanaan
Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas diimplementasikan atau diterapkan dan yang perlu diperhatikan adalah harus ada komitmen guru untuk tetap mengikuti rancangan yang telah direncanakan sebelumnya tanpa merubah kewajaran berprilaku, serta hindari situasi kekakuan, artinya biarkan mengalir seperti biasa supaya informasi yang diperoleh akurat.
Pengamatan
Pada saat pengamatan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, akan sangat sulit apabila peneliti (guru) juga bertindak sebagai pengamat. Dua cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini, pertama dengan menjamin obyektifitas reflesi atau evaluasi atas pembelajaran dan yang kedua dengan memanfaatkan media informasi seperti kamera CCTV. Pada umumnya peneliti (guru) memanfaatkan teman sejawat untuk membantu mengamati kejadian-kejadian selama pembelajaran berlangsung.
Refleksi atau pantulan
Kegiatan ini merupakan kegiatan menelusuri kembali perjalanan pelaksanaan pembelajaran dengan jalan mengingat-ngingat kejadian-kejadian yang terjadi selama pembelajaran. Kegiatan refleksi biasanya dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Pemahaman Penggunaan Pangangge Tengenan
Sebagai salah satu keterampilan dalam berbahasa Bali kususnya berkaitan dengan Aksara adalah Keterampilan menggunakan pangangge tengenan dalam manganalisis wacana Aukreni Beraksara Bali. Keterampilan ini pada Kompetensi Dasar pada peserta didik kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Yaitu :
Pengetahuan tentang penggunaan aksara tengenan berdasarkan uger-uger tengenan diantaranya:
A. Uger-uger tengenan \,
Tengenan \, ring pada suku akhir kata berubah menjadi cecek (.., ...), contoh: pucung = pucu*.
Dalam bentuk kata ulang dimana suku katanya sama dan mendapat tengenan \, keduanya menggunakan cecek (.., ...) meskipun keduanya sudah dianusuarakan atau mendapat seselan -er- dan -el-, contoh: cangcang = c*c*.
Tengenan \, pada awal suka kata dasar dimana konsonannya berbeda yang merupakan bentuk konsonan mati diakhir kata, contohnya: panggang = p\á*.
Tengenan \, pada awal suku kata dasar pada akhir suku kata terakhir berubah menjadi cecek (.., ...) digunakan untuk mengindari tumpuk tiga, contohnya: zu*kÞ&.
Uger-Uger Tengenan ( r) r,
Semua tengenan r,berubah menjadi surang ( ....(), contohnya: sekar : s)k(.
Uger-Uger Tengenan (h) h,
Tengenan h, pada suku akhir kata berubah menjadi bisah (.....;), contoh: puseh = pus) ;,
Berbagai bentuk kata ulang dua suku kata yang konsonannya sama tengenan h, keduanya berubah menjadi bisah (......;)contoh : cahcah = c;c;.
Tengenan h, pada suku awal kata dasar yang konsonannya berbeda dan jelas tengenanh, contoh: cihna = cihÂ.
Uger-Uger Adeg-adeg (......./ )
Di akhir kata apabila suku akhir kata itu merupakan konsonan mati,contoh: adan = hdn/.
Ditengah-tengah kata atau kalimat digunakan untuk menghindari penulisan bertingkat tiga, contohnya: tamblang = tm/bÞ*.
Ditengah-tengah kalimat digunakan untuk mempertegas arti makna kata contohnya manulis nama: I Nyoman Widia ; hiezomn/widê.
Pengunaan pangangge tengenan dalam manganalisis wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali menggambarkan sesuatu maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dalam bentuk pemahaman siswa terhadap pengange tengenan dan juga dalam penuangan bahasa serta mengungkapkan ide yang sesuai dengan maksud dan tujuan memperhatikan uger-ueger pengangge tengenan yang benar.
Penggunaan Padlet Sebagai sarana pengumpulan Tugas Peserta Didik Kelas X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar
Padlet adalah aplikasi daring gratis yang paling tepat diilustrasikan sebagai papan tulis daring. Padlet dapat digunakan oleh peserta didik dan guru untuk mengirim catatan pada halaman yang sama. Catatan yang diposting oleh guru dan peserta didik dapat berisi tautan, video, gambar, dan file dokumen. Ini bisa memfasilitasi kolaborasi guru pada setiap mata pelajaran, yang tidak dapat diakses oleh Peserta Didik. Dinding pribadi dapat dibuat dengan mendaftarkan akun terlebih dulu untuk mengaksesnya. Sebagai pemilik dinding, guru dapat memoderasi semua catatan sebelum mereka muncul dan pengaturan privasi dapat disesuaikan setiap saat.
Pengguna dalam hal ini Peserta Didik tidak perlu mendaftar untuk menggunakan Padlet ini, meskipun disarankan agar guru menggunakannya. Guru juga dapat memilih untuk mengatur pemberitahuan untuk menerima email setiap kali seorang peserta didik mengirim tugas atau materi review tertentu ke dinding guru. Peserta Didik kelas X AKKL 6 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Denpasar sudah bisa mengirimkan tugas ke dalam Kotak Pengumpulan Tugas yang dibuat oleh Guru. Mengingat Penggunaan Google Classroom sudah digunakan bersama dengan Guru Mata Pelajaran lain, maka untuk notifikasi email menjadi bertumpuk. Untuk mengantisipasinya maka dalam pengumpulan tugas Guru mapel Bahasa Bali menggunakan Padlet.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau dalam istilah bahasa Inggris adalah Clasroom Action Research (CAR). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode PTK Kemmis & Mc.Taggart yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi.
Subjek Penelitian
Peserta Didik kelas X AKKL 6 SMK NEGERI 2 DENPASAR Tahun Pelajaran 2019/2020. Bisa dilihat tabel nomor 1 pada lampiran.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
- Hari/Tgl = Siklus I, Rabu, 05 Agustus 2020
Siklus II, Rabu, 12 Agustus 2020
Siklus III, Rabu, 19 Agustus 2020
- Waktu = Pukul 14.30 – 15.00 wib
- Tempat = SMK Negeri 2 Denpasar
Lingkungan Sekolah/ Rumah Peserta Didik
Data dan Sumber Data
Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil Penilaian Tengah Semester Online peserta didik, hasil pekerjaan yang diberikan peneliti, tes diberikan pada awal sebelum tindakan dan tes setelah adanya tindakan penelitian.
Hasil wawancara, wawancara antara peneliti dengan beberapa peserta didik melalui whatsapp.
Hasil observasi, yang diperoleh dari pengamatan teman sejawat, atau wali kelas.
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu peserta didik kelas X AKKL 6 semester ganjil di SMK N 2 Denpasar yang berjumlah 19 anak. Peserta didik yang diambil sebagai subjek wawancara adalah sebanyak 3 peserta didik yang dihadirkan secara luring atas ijin orang tua/wali peserta didik lampiran nomor 2.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian
Wawancara
Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyidik dengan subyek atau responden. Dalam interview biasanya terjadi Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada tujuan peneltian. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala SMK Negeri 2 Denpasar. Wawancara dengan Kepala Sekolah bertujuan untuk memperoleh data seberapa jauh kesiapan sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran daring. Wawancara pada guru bertujuan untuk memperoleh data awal tentang kegiatan pembelajaran daring sebelum dilakukan penelitian. Sedangkan wawancara pada peserta didik bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari dan disampaikan melalui daring. Instrumen wawancara sebagaimana terlampir.
Observasi
Ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun instrumen Observasi sebagaimana terlampir.
Dokumentasi
Kata Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Mengumpulkan foto serta dokumen tertulis yang dibutuhkan. Adapun dokumentasi penelitian ini sebagai man terlampir.
Tes
Tes adalah serentetan atau latohan yan digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan google form. Sehingga hasil bisa terekam dalam drive peneliti.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil tes awal menggunakan nilai Ujian Tengah Semester, wawancara dengan Kepala SMK Negeri 2 Denpasar, hasil observasi dan pengamatan yang sudah ditulis dalam sebuah catatan dan cek list.
Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Kriteria keberhasilan tindakan ini akan dilihat dari indikator proses dan indikator hasil belajar. Indikator proses yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah jika ketuntasan belajar siswa terhadap materi mencapai 75% (berkriteria cukup).
Deskripsi Per Siklus
Siklus I Perencanaan
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang: apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,
dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan (guru mitra) dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (peneliti). Cara ini dikatakan ideal, karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan terhadap aspek-aspek yang diamati. Jika penelitian dilakukan oleh Guru secara langsung maka perlu dibuatkan catatan-catatan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, rencana tindakan dalam rangka PTK perlu dituangkan dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Pada tahap ini Mencakup:
Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik
Menganalisis dan merumuskan masalah pada peserta didik tentang keterampilan menulis surat pribadi menggunakan padlet.
Merancang model pembelajaran Daring yang sesuai.
Mendiskusikan model pembelajaran daring secara interaktif.
Menyiapkan instrumen (angket,pedoman,observasi,tes akhir).
Menyusun kelompok belajar daring peserta didik
Merencanakan tugas kelompok secara daring
Pelaksanaan
Implementasi atau penerapan isi rencana tindakan dalam kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap ini pelaksana (guru) harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan; dilakukan secara wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat. Pada tahap ini Mencakup:
Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan menemukan teks surat pribadi didalam pembelajaran.
Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan.
Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan.
Pengamatan
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (peneliti atau guru). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dari kegiatan pelaksanaan tindakan; karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan; jadi kedua kegiatan (pelaksanaan tindakan dan pengamatan) berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap-tahab ini dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus pula sebagai pengamat (ketika sedang melakukan tindakan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwa yang terjadi). Tahap Mengamati (observation), mencakup :
Melakukan diskusi dengan guru Mapel Bahasa Inggris SMK Negeri 2 Denpasar,Waka Kurikulum dan Kepala Sekolah untuk rencana observasi.
Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran daring yang dilakukan guru di kelas X AKKL 6.
Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran daring.
Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan.
Refleksi
Istilah refleksi‘ (Inggris: reflection) bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan‘. Kegiatan refleksi lebih tepat dikerjakan ketika guru pelaksana telah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan hasil implementasi dari rancangan tindakan. Dan inilah inti dari penelitian tindakan, yakni ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti mengenai hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik, dan bagian mana yang belum baik. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri, dalam arti guru tersebut melihat dirinya sendiri, melakukan dialog‘ untuk menemukan hal-hal yang telah dirasakan memuaskan, dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam hal seperti ini, maka guru tersebut melakukan self evaluation‘ yang diharapkan dilakukan secara objektif. Untuk menjaga objektivitas tersebut, seringkali hasil refleksi itu diperiksa ulang atau divalidasi oleh orang lain, misalnya teman sejawat yang diminta untuk mengamati. Jadi pada intinya, kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi sebagai bahan tindak lanjut dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Tahap Refleksi (reflection), mencakup :
Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran daring dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran daring.
Melakukan refleksi terhadap kreatifitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Siklus II Perencanaan
Memeriksa kembali apa yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik.
Pada siklus II ditemukan beberapa masalah.
Merancang model pembelajaran daring yang sesuai untuk siklus II
Mendiskusikan model pembelajaran daring secara interaktif.
Menyiapkan instrumen (angket,pedoman,observasi,tes akhir).
Memaparkan hasil tugas kelompok belajar daring peserta didik.
Merencanakan tugas kelompok secara daring.
Pelaksanaan
Implementasi atau penerapan isi rencana tindakan dalam kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap ini pelaksana (guru) harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan; dilakukan secara wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat. Pada tahap ini Mencakup:
Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran yang sesuai.
Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan.
Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan.
Pengamatan
Melakukan pengamatan dan membuat catatan-catatan dalam pelaksanaannya. Mengingat kejadian ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Tugas non mengajar, PTK.
Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran.
Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran daring
Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan
Melaksanakan sesuai dengan rumusan yang telah direncanakan.
Refleksi
Setelah selesai melakukan tahapan-tahapan yang telah dilakukan, maka penulisan refleksi sesuai dengan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan.
Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan.
Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran daring.
Melakukan refleksi terhadap kreatifitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Bahasa Bali.
Siklus III Perencanaan
Memeriksa kembali apa yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik.
Menganalisis dan merumuskan masalah pada peserta didik tentang keterampilan menulis surat pribadi menggunakan padlet.
Merancang model pembelajaran daring yang sesuai untuk siklus III.
Mendiskusikan model pembelajaran daring secara interaktif.
Menyiapkan instrumen (angket,pedoman,observasi,tes akhir).
Memaparkan hasil tugas mandiri belajar daring peserta didik.
Melakukan Diskusi.
Menghubungi pihak pengurus untuk bisa menghubungkan guru dan siswa dalam Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran yang sesuai.
Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan.
Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala.
Pengamatan
Melakukan pengamatan dan membuat catatan-catatan dalam pelaksanaannya. Mengingat kejadian ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Tugas non mengajar, PTK.
Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran daring.
Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran daring.
Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan.
Melaksanakan sesuai dengan rumusan yang telah direncanakan.
Refleksi
Setelah selesai melakukan tahapan-tahapan yang telah dilakukan, maka penulisan refleksi sesuai dengan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan.
Memberikan Deskripsi selama kegiatan.
Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran daring. Pembelajaran daring yang dilaksanakan kali ini sudah melalui proses uji coba atau simulasi pada materi pembelajaran sebelumnya.
Melakukan refleksi terhadap kreatifitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Bali.
Melakukan analisis tugas-tugas siswa.
Pembuatan Instrumen
Pengamatan yang dilakukan secara daring yang melibatkan guru mata pelajaran menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
Produk hasil Belajar Peserta Didik Berupa Surat Pribadi.
Lembar Observasi dan Wawancara.
Daftar Nilai dan tabel/grafik hasil observasi
Lembar Kerja Peserta Didik sebagai evaluasi/ tes sumatif atau penilaian secara daring melalui google form.
Analisis dan Refleksi
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif kuantitatif dari proses pembelajaran Jarak Jauh dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam bab ini mencakup siklus ke satu, siklus kedua dan siklus ketiga sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Bab ini melaporkan hasil dari test pada tahap akhir masing-masing siklus. Hasil penelitian dapat tergambar melalui tahapan sebagai berikut.
Deskripsi Laporan Siklus I
Hasil Tindakan Siklus I
Penelitian ini dilakukan pada Siswa X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020. Data siswa bisa dilihat dalam tabel nomor 1. Mengingat kondisi Daring seperti saat ini dari 19 Siswa di Kelas X AKKL 6, 3 orang diantaranya adalah I Gede Weda Maha Putra. Untuk kehadiran siswa dalam kelas daring menggunakan zoom bisa dilihat tabel nomor 2 dari bisa dilihat prosentase kehadiran siswa pada siklus I Peneliti adalah guru mata pelajaran Bahasa Bali Kelas X AKKL 6, I Made Juliadi Supadi,S.Pd
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan dan menemukan masalah tentang bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman penggunaan pangangge tengenan dalam analisis wacana wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali dan mengirimkannya melalui link padlet. Hal ini dilakukan karena melihat kondisi awal pada nilai PTS siswa. Seperti bisa dilihat pada tabel nomor 3. Bahwa prosentase siswa tuntas belajar hanya 20,8%. Sedangkan prosentase siswa belum tuntas belajar sejumlah 75,0%. Ini bisa dilihat dari grafik nomor 1 siklus 1.
Model pembelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah discovery learning. Ini bisa dilihat saat siswa diminta menemukan teks surat pribadi dalam sebuah video pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sebelum memberikan tugas pada siswa. Guru meminta siswa untuk menyiapkan kelompok pembelajaran daring. Kelompok ini boleh hanya terdiri dari dua orang peserta didik dengan kondisi rumah yang paling berdekatan. Mengingat SMK Negeri 2 Denpasar adalah sekolah yang berada di daerah pesisir dengan tempat tinggal siswa masih dalam satu dusun atau satu desa. Ini bisa dilihat dalam tabel nomor 1.
Hasil Pengamatan Siklus I
Implementasi atau penerapan isi rencana tindakan dalam kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap ini pelaksana (guru) harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan; dilakukan secara wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat.
Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan menemukan teks surat pribadi didalam video pembelajaran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pembahasan tentang definisi teks, fungsi sosial, unsur kebahasaan dan struktur teks. Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (peneliti atau guru). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah
dari kegiatan pelaksanaan tindakan; karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan; jadi kedua kegiatan (pelaksanaan tindakan dan pengamatan).
Dari hasil pangamatan saya selaku guru bisa ditarik kesimpulan bahwa SMK Negeri 2 Denpasar sudah berusaha secara maksimal dalam pembelajaran jarak jauh/PJJ. Hal yang sama juga disampaikan oleh 3 orang siswa yang dihadirkan secara luring untuk mengisi lembar wawancara. Dengan berdiskusi bersama Waka Kurikulum dan guru mapel Bahasa Inggris untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan. Peserta didik terlihat pasif dan masih terlihat malu untuk menggunakan audio dan video dalam zoom meeting. Guru selalu mengingatkan peserta didki untuk mengaktifkan audio dan video.
Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. Pengamatan seputar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring. Keaktifan Siswa bisa dilihat pada tabel nomor 4 yaitu tabel nilai afektif. Dengan dasar penilaian afektif pada tabel 4.a. Kemudian memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan. Peneliti menyimpulkan kecukupan waktu pembelajaran daring. Untuk mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan selalu komunikatif dengan peserta didik dan sering melakukan koordinasi melalui whatsapp.
Hasil Test Siklus I
Menyampaikan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Bali. Setelah beberapa waktu berselang untuk periode pengumpulan tugas siswa, hanya terdapat 16 siswa mengumpulkan tugas melalui link padlet yang diberikan guru. Selanjutnya beberapa siswa mengumpulkan setelah berakhirnya tanggal pengiriman. Dalam prosentase ketuntasan belajar Siklus I bisa dilihat pada tabel nomor . Prosentase ketuntasan nilai belajar siswa sejumlah 62,5%. Sedangkan prosentase ketidaktuntasan siswa adalah 33,3%. Ini bisa dilihat pada grafik nomor 2.
Hasil Refleksi Siklus I
Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi. Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, maka peneliti menemukan; Sejumlah 19 siswa X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar. 16 orang siswa berhasil mengikuti Kegiatan zoom meeting. Namun beberapa siswa masih belum stabil dalam masuk ruang kelas zoom. Adapun 3 orang siswa tersebut yang dihitung kehadirannya dalam presensi hanya menggunakan satu buah handphone.
Dalam menganalisis kelemahan guru adalah dalam penayangan layar pada presentasi terkadang tidak bisa terbaca langsung oleh siswa. Keberhasilannya sejauh ini kegiatan pembelajaran online berjalan lancar sesuai rencana. Pembelajaran daring yang dilaksanakan kali ini sudah melalui proses uji coba atau simulasi pada materi pembelajaran sebelumnya dan untuk mempersiapkan pembelajaran selanjutnya.
Deskripsi Laporan Siklus II
Hasil Tindakan Siklus II
Memeriksa kembali apa yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam lampiran 1. Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik pada siklus sebelumnya. Pada siklus II ditemukan beberapa masalah. Sebagian siswa belum melihat/memperhatikan video yang telah dibagikan guru dalam whatsapp grup dan juga diarsipkan dalam google classroom. Menganalisis dan merumuskan masalah pada peserta didik tentang keterampilan menulis surat pribadi menggunakan padlet. Beberapa siswa kesulitan dalam mengirimkan surat ke dalam link padlet. Sehingga guru membantu mengirimkannya. Dengan terlebih dahulu mengirimkan gambar lewat whatsapp grup. Merancang model pembelajaran daring yang sesuai untuk siklus II adalah. Pada siklus ini model pembelajaran menggunakan Project based learning. Peserta didik diminta menuliskan kembali isi surat berdasarkan video pembelajaran. Mendiskusikan model pembelajaran daring secara interaktif. Menyiapkan instrumen (angket,pedoman,observasi,tes akhir). Merencanakan tugas mandiri secara daring. Setelah berdiskusi, masing-masing peserta mengirimkan hasil diskusi ke padlet link.
Hasil Pengamatan Siklus II
Implementasi atau penerapan isi rencana tindakan dalam kelas yang diteliti. Pengamatan seputar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan. Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan. Hal ini dilakukan dengan selalu komunikatif dengan peserta didik dan sering melakukan koordinasi melalui whatsapp.
Melakukan pengamatan dan membuat catatan-catatan dalam pelaksanaannya. Mengingat kejadian ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Tugas non mengajar, PTK. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran daring project based learning yang dilakukan guru di kelas X AKKL 6. Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran daring. Pada pertemuan II atau siklus II ini peneliti menerapkan project Based learning. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan. Peserta didik terlihat lebih stabil. Artinya tidak keluar masuk kelas zoom. Tidak malu untuk menggunakan audio dan video dalam zoom meeting. Guru selalu mengingatkan peserta didik untuk menon aktifkan audio.
Hasil Test Siklus II
Hasil belajar siswa setelah beberapa waktu berselang untuk periode pengumpulan tugas siswa, terdapat 17 siswa mengumpulkan tugas melalui link padlet yang diberikan guru. Dalam prosentase ketuntasan belajar Siklus II bisa dilihat pada tabel nomor 3 . Prosentase ketuntasan nilai belajar siswa
sejumlah 95,8%. Ini merupakan hasil maksimal mengingat Tugas manganalisis wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali seluruh siswa telah diselesaikan. Ini bisa dilihat pada grafik nomor 3.
Hasil Refleksi Siklus II
Setelah selesai melakukan tahapan-tahapan yang telah dilakukan, maka penulisan refleksi sesuai dengan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan. Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, maka peneliti menemukan; Sejumlah 19 siswa X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar. 2 orang sisanya tidak bisa bergabung karena terkendala alat yang tidak memadai dan kurangnya informasi. Mengingatkan siswa yang rumah mereka berdekatan dan tidak memiliki alat. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran daring dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran daring. Pembelajaran daring yang dilaksanakan kali ini sudah melalui proses uji coba atau simulasi pada materi pembelajaran sebelumnya. Melakukan refleksi terhadap kreatifitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Bali. Setelah beberapa waktu berselang untuk periode pengumpulan tugas siswa, hanya terdapat 17 siswa mengumpulkan tugas melalui link padlet yang diberikan guru. Selanjutnya beberapa siswa mengumpulkan setelah berakhirnya tanggal pengiriman.
Deskripsi Laporan Siklus III
Hasil Tindakan Siklus III
Memeriksa kembali apa yang telah direncanakan pada Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) seperti pada lampiran 1. Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik. Pada siklus II ditemukan beberapa masalah. Menganalisis dan merumuskan masalah pada peserta didik tentang keterampilan menulis surat pribadi menggunakan padlet. Merancang model pembelajaran daring yang sesuai untuk siklus II. Pada siklus ini model pembelajaran menggunakan Project based learning. Peserta didik memahami penggunaan pengangge tengenan dalam manganalisis wacana Sukreni Gadis Bali beraksara Bali. Mendiskusikan model pembelajaran daring secara interaktif. Menyiapkan instrumen (angket,pedoman,observasi,tes akhir). Tugas sebelumnya telah diberikan dalam google classroom juga berdiskusi melalui whatsapp. Setelah berdiskusi, masing-masing siswa mengirimkan hasil diskusi ke padlet link dan juga mengerjakan tes sumatif melalui google form.
Hasil Pengamatan Siklus III
Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran lampiran 1. Menerapkan model pembelajaran project based learning dengan menulis surat pribadi dengan tema pengalaman belajar di rumah selama masa pandemi. Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. Pengamatan seputar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring bisa dilihat pada tabel nomor 4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan daring baik sinkronus dan asinkronus yang dilaksanakan.
Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan- tahapan kegiatan. Hal ini dilakukan dengan selalu komunikatif dengan peserta didik dan sering melakukan koordinasi melalui whatsapp.
Melakukan pengamatan dan membuat catatan-catatan dalam pelaksanaannya. Mengingat kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Tugas non mengajar, PTK dan PPL. Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran daring. Pada pertemuan III atau siklus III ini peneliti menerapkan project Based learning. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan- kelemahan yang ditemukan. Peserta didik terlihat lebih stabil. Artinya tidak keluar masuk kelas zoom. Tidak malu untuk menggunakan audio dan video dalam zoom meeting. Guru tidak selalu mengingatkan peserta didik untuk menon aktifkan audio.
Hasil Test Siklus III
Hasil belajar siswa setelah beberapa waktu berselang untuk periode pengumpulan tugas siswa, terdapat 19 siswa mengumpulkan tugas melalui link padlet yang diberikan. Dalam prosentase ketuntasan belajar Siklus II bisa dilihat pada tabel nomor 4 . Prosentase ketuntasan nilai belajar siswa sejumlah 79,2%. Sedangkan prosentase ketidaktuntasan nilai belajar siswa adalah sejumlah 16,7% Angka ini menunjukkan penurunan dari pada siklus sebelumnya.. Ini bisa dilihat pada grafik nomor 4.
Hasil Refleksi Siklus III
Setelah selesai melakukan tahapan-tahapan yang telah dilakukan, maka penulisan refleksi sesuai dengan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan. Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, maka peneliti menemukan; Sejumlah 19 siswa X AKKL 6 SMK N 2 Denpasar. 19 orang siswa berhasil mengikuti Kegiatan zoom meeting dengan lancar.
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran daring dan mempertimbangkan langkah untuk materi atau kompetensi dasar selanjutnya. Pada pembelajaran daring yang dilaksanakan kali ini sudah melalui proses uji coba atau simulasi pada materi pembelajaran sebelumnya. Melakukan refleksi terhadap kreatifitas siswa dalam menuliskan surat pribadi dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Setelah beberapa waktu berselang untuk periode pengumpulan tugas siswa, seluruh siswa mengumpulkan tugas melalui link padlet yang diberikan guru maupun secara luring untuk siswa pondok pesantren. Selanjutnya beberapa siswa harus melakukan remedial untuk memperbaiki nilai tes sumatif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Akhirnya, penulis dapat memperoleh beberapa hasil temuan setelah melaksanakan refleksi dan diskusi pada bab sebelumnya dan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama pembelajaran Jarak Jauh ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penggunaan aplikasi padlet sebagai sarana untuk pengiriman analisis wacana Sukreni Gadis Bali Beraksara Bali dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas X AKKL 6 SMK Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 57,17 meningkat pada siklus ke 3 menjadi 70,43.
Pembelajaran Daring atau pembelajaran Jarak Jauh saat ini dilakukan secara sinkronus maupun asinkronus. Dengan penggunaan media yang menarik terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada siklus I terdapat 16 siswa yang berhasil mengikuti kegiatan zoom Meeting. 17 orang pada siklus II dan 19 orang pada siklus III.
Saran
Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya diciptakan oleh guru dalam membimbing dan memberi penguatan kepada siswa di kelas. Guru tentunya memiliki keinginan bagaimana siswa dapat dengan cepat mengerti dan mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama adalah guru hendaknya senantiasa melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas. Penulis menyarankan guru mulai mencoba menggunakan model pembelajaran kelompok dalam model pembelajaran daring/PJJ karena siswa dapat termotivasi dan bekerjasama melalui pembelajaran yang menyenangkan disesuaikan dengan konteks yang menjadi tujuan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil refleksi ketiga siklus, peneliti membuat catatan beberapa saran untuk perbaikan di masa mendatang sebagaimana berikut:
Perhatian guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Bahasa Bali khususnya perlu ditingkatkan demi keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Keterampilan pamahan penggunaan pangangge tengenan dalam manganalisis wacana beraksara Bali sangat essensial dihubungkan dengan aspek pengembangan diri siswa ke depan.
Model pembelajaran yang daring saat ini harus memenuhi TPACK, memiliki kreatifitas berpikir 4 C dan HOTS
Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran daring yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis mereka.
Dalam upaya Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar guru hendaknya terus menggali potensi siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis kususnya dalam pamahamannya menggunakan pangangge tengenan dalam manganalisis teks Sukreni Gadis Bali beraksara Bali pada mata pelajaran Bahasa Daerah Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Elson, Benjamin & Velma Pickett. 1969. An Introduction to Morphology and Syntax. Santa Ana, California: Summer Institute of Linguistics.
Prayugo Agus.(2010) Refleksi dan Tindak lanjut dalam PTK. Diambil dari https://agusprayugo.wordpress.com/2010/07/20/refleksi-dan-tindak-lanjut-dalam- ptk/ tanggal 6 Oktober 2020
UPTD Sumpiuh. (2008) Hasil Seminar Penelitian_Tindakan_Kelas Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008. Diambil dari http://voice- teacher.blogspot.com/2015/06/4-langkah-pelaksanaan-penelitian.html tanggal 10
Oktober 2020
F. Prasetyo. (2017) Bab III metodologi Penelitian. Diambil dari http://repo.iain- tulungagung.ac.id/4538/4/BAB%20III.pdf tanggal 15 Oktober 2020
Zainal Aqib & M. Chotibudin (2018) Teori dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bandung. Deepublish
Maman Rahman (2009) Penelitian Tindakan Kelas (Dalam Bagan)
Semarang.UNNESPRESS
Warna, I Wayan. 1993. Kamus Bali-Indonesia. Denpasar: Dinas Pengajaran Daerah Tingkat I Bali.
https://www.basabaliibu.com/p/soroh-lan-kawigunan-aksara-bali.html
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMK
Mata Pelajaran : Bahasa Bali
Kelas/Semester : X/1
Kompetensi Keahlian : Semua Jurusan
Materi Pokok : Aksara Bali
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Pertemuan ke- : 2
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Memahami penggunaan jenis-jenis aksara sesuai fungsi ( Wresastra, swalalita dan modre )pasang aksara Bali dan EYD dalam suatu wacana
4.2 Memproduksi teks Aksara Bali
Menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya.
Menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali).
4.2.1 Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pembelajaran
Melalui model pemblajaran problem based learning siswa dapat menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Materi Pembelajaran
Dimensi Pengetahuan Materi
Fakta Wacana Aksara Bali Sukreni Aksara bali
konsep menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Prosedur Langkah-langkah manganalisis wacana beraksara Bali (Sukreni Gadis Bali).
Metakognitif Mangasilkan sebuah wacana beraksara Bali
Pendekatan/ Model/ Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : Pendekatan Saintifik ( Scientific )
Model pembelajaran : (Problem Based Learning)
Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab dan pemberian tugas
Media/ Alat dan bahan:
Media/ alat : WA, bloger, Padlet, microsoftform, Zoom meet.
Bahan : LKPD,wacana beraksara bali.
Sumber belajar :
http://sukantamediacorp.blogspot.com/2018/11/sorohing-aksara-bali.html
https://juldwipaescmart.blogspot.com/p/soroh-lan-kawigunan-aksara-bali.html
http://autotechno2015.blogspot.com/2016/10/soroh-aksara-bali-dan-aksara-bali-latin.html
Bahan ajar aksara bali yang sudah di pdfkan
Kegiatan Pembelajaran
No Langkah-langkah Pembelajaran
Dengan model pembelajaran Problem Based Learning Alokasi Waktu
1
Pendahuluan
Pendahuluan:
Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang kehadirannya.
Peserta didik merespon petanyaan guru yang mengarah pada materi pembelajaran (tanya jawab):
Napike alit-alite naenin mirengang napi nika aksara wreastra?
Peserta didik memperhatikan dengan seksama informasi yang disampaikan oleh guru tentang materi, tujuan, dan langkah pembelajaran serta metode yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
Peserta didik memperhatikan dengan seksama teknik penilaian yang akan digunakan dan kemampuan literasi untuk penguatan pendidikan karakter.
10 menit
2 Kegiatan Inti: 55 menit
Fase I Orientasi siswa pada masalah
Peserta didik mengamati materi Aksara Bali pada link https://juldwipaescmart.blogspot.com/p/soroh-lan-kawigunan-aksara-bali.html kemudian menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Fase II Mengorganisasi siswa dalam belajar
Guru bertanya pada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami mengenai pamahaman dalam menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Peserta didik dengan kelompoknya berdiskusi membagi tugas untuk mencari data/bahan untuk menyelesaikan masalah dalam menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Fase III Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri atau kelompok
Guru melakukan pengamatan dan memberikan bimbingan apabila ada peserta didik yang mengalami masalah atau kasulitan dalam menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Peserta didik berdiskusi mangumpulkan informasi malalui berbagai sumber pemblajaran untuk memecahkan permasalahan dalam menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Fase IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik bersama klompok berdiskusi mengolah data dan manyajikan hasil menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Perwakilan kelompok mempresen-tasikan (mengkomunikasikan) hasil diskusi.
Fase V Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Peserta didik bersama -sama menyimpulkan hasil pembahasan dan guru memberikan penguatan.
Mengontruksi Terbimbing
Peserta didik dibimbing guru dalam kelompok bekerja sama dengan kreatif meng-identifikasi aksara Bali
Peserta didik memberi komentar kelompok lain.
Peserta didik dibimbing guru dengan kreatif menunjukkan korelasi tentang menguraikan jenis-jenis Aksara Bali sesuai dengan fungsinya, menganalisis pengangge tengenan dalam sebuah wacana beraksara (Sukreni Gadis Bali), kemudian Membuat kalimat sesuai dengan pasang aksara Bali dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan dan bertanggung jawab.
Mengontruksi Mandiri
Peserta didik manyimpulkan hasil diskusi
3 Penutup
Peserta didik membuat rangkuman/ simpulan atau refleksi pembelajaran
Peserta didik merespon umpan balik
Peserta didik menerima tugas yang diberikan oleh guru (mempelajari persiapan pembelajaran selanjutnya).
Peserta didik menerima rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
Peserta didik membalas salam mengakhiri pembelajaran 25 menit
Penilaian
A. Penilaian
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi/pengamatan
Bentuk Penilaian : lembar pengamatan
Instrumen Penilaian : jurnal terlampir
Penilaian Pengetahuan
Jenis/ teknik tes : Tes Tertulis
Bentuk : uraian
Instrumen Penilaian : (terlampir)
Penilaian Keterampilan
Teknik Penilaian : unjuk kerja, porto folio
Instrumen Penilaian : terlampir
Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes/non tes.
Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut:
Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
Siswa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
Denpasar, 05 Juli 2019
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Bahasa Bali
Drs. I Dewa Bagus Ketut Wartawan I Made Juliadi Supadi.S.Pd
NIP.196406161988031015 NIM. 2174808053
Lampiran 2
LAMPIRAN III
Tabel 1 Data Siswa
0 Komentar