Hiduplah seorang Rsi bernama Kasyapa. Ia memiliki dua istri yaitu Kadru dan
Winata. Meski keduanya bersaudara, mereka saling cemburu. Rsi Kasyapa merasa
senang atas pelayanan kedua istrinya, lalu berniat akan memberi "hadiah"
kepada keduanya. "Mintalah sesuatu dariku" kata Rsi Kasyapa. Kadru menjawab
"Anugrahilah aku ribuan anak laki-laki yang berani dan bersinar". Kemudian Rsi
Kasyapa memberinya anugerah. Mendengar hal ini, Winata menjadi cemburu dan
berkata, "Anugerahilah aku anak laki-laki yang lebih berani dan lebih cemerlang
daripada anak-anak saudara perempuanku." Kasyapa pun memberinya anugerah.
Beberapa waktu kemudian Kadru melahirkan seribu ular. Winata melahirkan 2
telur besar. Winata menunggu telur itu menetas. Namun, setelah lima ratus tahun,
kedua telur itu belum juga menetas, Winata menjadi tidak sabar. Ia memecahkan
salah satu telur, sehingga lahirlah burung yang belum sempurna. Burung tersebut
menjadi marah dan mengutuk Winata karena ketidaksabarannya. Ia mengatakan
bahwa Winata akan menjadi budak dan setelah lima ratus tahun lamanya,
saudara laki-lakinya akan keluar dari telur kedua dan akan membebaskannya dari
perbudakan.
Suatu hari Winata dan Kadru sedang bertengkar. Winata berkata bahwa
kuda Dewa Uchaishrava sepenuhnya berwarna putih. Kadru mengatakan bahwa
tubuhnya berwarna putih tetapi ekornya berwarna hitam. Mereka memutuskan
untuk bertaruh pada masalah ini, siapa pun yang kalah akan menjadi budak. Kadru
tahu bahwa ekor kuda itu putih dan dia akan kalah bertaruh, sehingga dia meminta
putranya untuk pergi dan melilit pada ekor kuda tersebut sehingga tampak hitam.
Tetapi ular tidak mau menjadi bagian dari pertaruhan ini. Kadru sangat marah atas
ketidaktaatan anak-anaknya dan mengutuk mereka semua akan mati dalam
Yājña.
api
Suatu hari Kasyapa bersama putranya, pergi menemui Brahmā untuk meminta
bantuan agar ular-ular tersebut dapat dibebaskan dari kutukan Ibunya. Brahma
berkata, "Ular itu berbisa dan jahat sehingga mereka layak mati." Mendengar
perkataan dari Brahmā, Rsi Kasyapa tetap memohon anugrah, akhirnya Brahma
mengabulkan permohonannya dan mengatakan bahwa ular yang baik akan bertahan
hidup. Sementara itu, ular-ular yang ketakutan setelah mendengar kutukan ibunya
memutuskan untuk mengikuti perintah ibunya. Mereka pergi dan melilit di sekitar
ekor kuda dan membuatnya tampak hitam. Winata kalah taruhan dan menjadi
budak Kadru.
Setelah lima ratus tahun, seekor burung besar bernama Garuda muncul dari
telur kedua. Burung ini kuat dan bersinar terang. Dia bahkan lebih terang dari api
dan cahayanya menyilaukan semua orang. Namun seperti ibunya, ia juga harus
menjadi budak Kadru dan anak-anaknya.
Suatu hari, Kadru memerintahkan Garuda untuk mencarikan pulau untuknya
punggungnya dan
dan putra-putranya. Garuda terbang bersama mereka di
menemukan pulau yang indah di tengah lautan. Namun, Kadru dan ular tidak
menyukai pulau itu. Mereka meminta Garuda untuk membawa mereka ke pulau
lain. Garuda kemudian membawa mereka ke pulau lainnya. Tugas ini adalah salah
satu dari sekian banyak tugas yang harus dikerjakannya selama menjadi budak.
Garuda merasa muak menjadi pelayan ibu tiri dan saudara tirinya. Dia bertanya
kepada ibunya, "Mengapa kita hidup seperti budak?" Winata memberitahunya
tentang taruhan itu dan bagaimana dia menjadi budak Kadru. Setelah mendengar
cerita tersebut, Garuda bertanya kepada ular-ular itu, "Saya ingin membebaskan
diri saya dan ibu saya dari belenggu kalian. Apa yang harus saya lakukan agar
kalian membebaskan kami dari perbudakan ini??" Ular-ular itu menjawab, "Kami
ingin kamu membawakan Amrta untuk kami sehingga kami dapat hidup abadi.
Maka kamu dan ibumu akan bebas."
Garuda memutuskan mencari Amrta tersebut. Ia pergi ke surga dan bertarung
dengan para Dewa yang menjaga Amrta tersebut. Dewa Indra, Raja para Dewa
memimpin Para Dewa untuk bertarung melawan Garuda. Garuda yang perkasa,
melukai mereka dengan cakar dan paruhnya. Setelah membunuh sejumlah besar
prajurit, dia akhirnya mendekati tempat Amrta berada. Garuda melihat Amrta yang
dikelilingi oleh api yang sangat besar. Garuda membuka mulutnya yang besar dan
menelan banyak air sungai dan kemudian memadamkan apinya dengan mudah.
Dengan kecepatan tinggi ia mengambil Amrta tersebut.
Dewa Indra melihat Amrta itu telah dicuri, dia melepaskan senjata ampuh
Wajrayudha ke arah Garuda. Namun Garuda tetap kuat dan bertahan. Ia hanya
melepaskan satu bulu dan melanjutkan perjalanannya kembali tanpa rasa takut.
Meskipun memiliki Amrta, dia tidak meminumnya, ia tidak memikirkan dirinya.
Ia hanya memikirkan untuk memenuhi janjinya kepada saudara-saudaranya dan
membebaskan ibunya dari perbudakan. Garuda membawa Amrta dan memanggil
saudara-saudaranya. Ia meletakkan Amrta di atas rumput ilalang tepat di depan
saudara-saudaranya. Garuda telah menunaikan tugasnya dan menagih janji
saudaranya untuk membebaskan ibunya dari perbudakan. Para ular itu langsung
setuju dan mulai bergerak mendekati tirta Amrta. Garuda menghentikan mereka
dan meminta mereka untuk mandi terlebih dahulu sebelum meminumnya. Garuda
kembali menemui ibunya, sementara ular pergi ke sungai untuk menyucikan
diri. Dewa Indra datang dan mengambil kembali Amrta tersebut. Setelah selesai
menyucikan diri ular kembali untuk mengambil Amrta, namun Amrta telah hilang
dan tersisa tumpahan tirta Amrta pada rumput ilalang, sejak saat itu rumput
ilalang menjadi tanaman yang disucikan. Kemudian ular menjilat rumput tersebut
sehingga lidahnya terbelah menjadi dua bagian.
0 Komentar