1. Pola Lantai Tari Janger
Dalam pementasan tari Janger, biasanya menggunakan kombinasi dari pola lantai garis lurus horizontal dengan pola lantai garis lengkung. Tari Janger biasanya dipentaskan secara berkelompok oleh 10 hingga 16 penari laki-laki dan penari perempuan dengan berpasangan.
Tari Janger juga dikenal sebagai tarian pergaulan dengan ragam gerak yang cukup dinamis dengan nuansa gembira dan riang. Hal ini tentu saja tidak lepas dari makna yang terkandung pada tari Janger sebagai tari pergaulan remaja mulai dari maka perkenalan hingga kisah asmara anak remaja.
Dalam pementasannya, tari Janger disajikan dalam lima bagian. Berikut penjelasannya.
a. Pembukaan
Pada bagian pembukaan, akan ditampilkan iringan tari dengan tabuhan pembukaan yang dihasilkan dari alat musik gamelan seperti kendang, suling, kenong, rebana, klenang, ceng-ceng hingga kajar.
b. Pepeson
Bagian kedua adalah pepeson yang diawali dengan nyanyian dan gerakan tari secara bersamaan di antara penari Kecak dan penari Janger dengan membentuk formasi pada gapura tempat pementasan tari.
Para penari akan dibagi menjadi dua baris dalam posisi duduk yang disusul oleh masuknya penari Kecak dengan formasi saling berhadap-hadapan. Formasi yang dibentuk oleh penari berupa segi empat dengan posisi penari menghadap ke arena tari.
c. Penjangeran
Bagian selanjutnya adalah penjangeran di mana para penari akan menari sambil bernyanyi Jager secara bersahut-sahutan dengan bersemangat. Para penari Kecak akan berpindah tempat dan duduk berhadapan dengan penari Janger lalu membentuk dua baris pada arena tari.
d. Lakon dan penutup
Lakon adalah bagian yang berisi tentang kisah dari tokoh Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda, Gatotkaca Sraya dan tokoh lain. Pada bagian ini, para penari akan berperan sebagai penonton biasa. Lalu, terakhir adalah bagian penutup yang diisi dengan nyanyian, permohonan maaf serta ucapan selamat tinggal.
2. Gerakan Tari Janger
Ada banyak macam gerakan yang digunakan dalam pementasan tari Janger. Setidaknya ada sembilan gerakan utama pada pementasan tari Janger dan setiap gerakannya memiliki tujuan berbeda. Berikut penjelasannya.
a. Mungkah Lawang
Gerakan yang digunakan dalam tari Janger secara khusus untuk membuka pementasan dari tari Janger. Tujuan dari gerakan Mungkah Lawang adalah untuk membuka langse. Oleh sebab itu, komponen gerakan ini harus ada pada setiap pentas tari Janger.
b. Ngagem Kanan dan Ngagem Kiri
Gerakan kedua dalam tari Janger adalah gerakan ngagem yang dibagi menjadi dua golongan dan digunakan dalam susunan tari. Gerakan ngagem laki-laki dan perempuan pun dibedakan untuk memberikan kesan pembeda secara nyata pada gerakannya.
d. Ngelikas
Gerakan ketiga dalam tari Janger adalah gerakan ngelikas, yaitu gerakan kaki yang bergerak ke arah samping dan membuat kaki bergerak secara bersilang. Gerakan ngelikas ini diiringi juga dengan gerakan tangan yang sama untuk menciptakan unsur unik dalam tari janger.
e. Ulap-ulap
Ulap-ulap merupakan salah satu gerakan yang ada pada tari Janger. Secara khusus, gerakan adalah gerakan melambaikan tangan dan ada pada seluruh bagian dari tari Janger.
Selain kelima gerakan tersebut, ada pula unsur gerakan lainnya yang muncul selama pementasan tari Janger berlangsung. Contohnya adalah gerakan ngeseh bawah, nguluh wangsul, nyelegog serta ngegot.
Seluruh unsur gerakan dalam tari Janger ini telah ada secara menyeluruh dan memiliki makna tertentu. Setiap unsur gerakan dalam tari Janger harus hadir, untuk menghasilkan pementasan yang harmoni dan unik serta khas dari tari Janger.
Penutup
Itulah penjelasan mengenai tari Janger, yaitu tari tradisional khas Bali yang menceritakan mengenai kisah kehidupan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh anak-anak remaja.
Tari Janger termasuk dalam tari pergaulan yang menarik untuk dilihat dan masih dilestarikan hingga saat ini.
Bagi Grameds yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang tari Janger atau ingin mempelajari seni tari, maka Grameds bias mengulik informasinya dengan membaca buku.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku tentang seni tari untuk anak-anak maupun orang dewasa. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.
Jangan ragu untuk membeli buku di Gramedia, karena dijamin berkualitas dan original! Jadi tunggu apa lagi? Segera beli bukunya sekarang juga!
Penulis: Khansa
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Mengenal Tari Lego-Lego: Sejarah, Properti, dan Fungsinya
Tari Lego-Lego merupakan tari tradisional khas dari Nusa Tenggara Timur, lebih tepatnya di daerah Alor. Pada umumnya, tari tradisional ini disajikan untuk menyambut tamu, acara kebudayaan serta upacara pernikahan dan lain sebagainya.
Sebagai seni tari tradisional, Tari Lego-Lego diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dari generasi ke generasi. Bahkan hingga saat ini, Tari Lego-Lego masih terus dilestarikan dan masih rutin dipentaskan dalam berbagai macam acara.
Tari Lego-Lego biasanya ditampilkan oleh para penari laki-laki dan perempuan dengan cara melingkar dengan cara bergandengan tangan satu sama lain sambil menarikan Tari Lego-Lego ini tanpa melihat adanya perbedaan status sosial maupun agama antara penari satu dengan lainnya.
Karena hal tersebutlah, Tari Lego-Lego mendapatkan julukan sebagai tari multik etnik, di mana setiap suku, bahasa, klan, agama, gender maupun status sosial berkumpul bersama dalam sebuah pertunjukan. Lebih lanjut mengenai tari tradisional Lego-lego yang khas dari Nusa Tenggara Timur (NTT), berikut penjelasannya.
Sejarah Tari Lego-Lego
Kabupaten Alur, NTT dikenal dengan julukan Negeri 1000 Moko karena alat musik dari Alor yang cukup legendaris. Alat musik tersebut, tidak hanya berfungsi sebagai alat musik saja, Moko merupakan alat musik yang terbuat dari perunggu dan seringkali digunakan sebagai mas kawin serta membayar sejumlah denda.
Alat musik Moko tersebut, juga dimanfaatkan oleh masyarakat Alor sebagai iring-iringan pada tari tradisional yaitu pada Tari Lego-Lego. Jika Grameds mendengar kata Lego, mungkin Grameds akan langsung membayangkan permainan anak-anak.
Meskipun memiliki nama yang sama,tetapi lego pada tari ini memiliki maksud, arti yang berbeda. Tari daerah Alor asal NTT ini, dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan dengan masal.
Rahasia Sukses Investasi dan Bisnis Leonard Hartono
Oleh sebab itu, penampilan Tari Lego-Lego pun akan sangat ramai. Formasi khusus yang dapat dilihat dari Tari Lego-Lego ialah posisi bergandengan tangan dan membentuk lingkaran besar.
Kesenian dari Alor ini secara turun-temurun diwariskan pada setiap generasi, sehingga sampai saat ini masyarakat Alor masih sering menampilkan Tari Lego-Lego. Awal mula kemunculan Tari Lego-Lego, digunakan sebagai tarian dalam upacara adat, sebagai bentuk syukur masyarakat setempat.
Bentuk syukur tersebut ditampilkan oleh masyarakat dengan cara bergandengan tangan serta mengelilingi Mezbah. Para penari juga akan menyanyikan lagu-lagu pujian pada Tuhan dengan kompak ketika menari.
Mezbah adalah benda khusus yang keberadaannya disakralkan oleh masyarakat Alor. Dengan adanya Mezbah di tengah para penari Lego-lego, maka Mezbah ini pun menjadi ciri khusus yang membedakan Tari Lego-Lego dengan tari tradisional dari daerah yang lainnya.
Tari Lego-Lego selain dimainkan bersama dengan iringan alat-alat musik, terkadang tari tradisional ini pun hanya diiringi oleh nyanyian dari para penari dengan ditambahkan suara gemerincing dari gelang kaki penari.
Pelaksanaan dari Tari Lego-Lego di setiap daerah, mungkin akan berbeda-beda. Bergantung pada tradisi dari daerah tersebut.
Tari Lego-Lego juga disebut sebagai tari multi etnik, dikarenakan ditarikan oleh banyak orang tanpa memandang gender, agama, status sosial, klan dan bahasa, seluruh penari bersatu dan menari dalam pertunjukan tradisi lisan yang disebut dengan Lego-lego.
Ketika melakukan Tari Lego-Lego ini, para penari akan dipandu oleh satu atau bahkan dua orang juru pukong atau juru pantun. Juru pukong dalam Tari Lego-Lego adalah laki-laki yang dituakan oleh masyarakat serta dianggap paling banyak menguasai lagu dalam pertunjukan Tari Lego-Lego.
Jumlah dari anggota penari Lego-lego biasanya bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan orang.
Tari tradisional khas NTT ini cukup unik, dikarenakan ada proses pentransferan ilmu pengetahuan secara lisan pada masyarakat Alor-Pantar dan tidak hanya sekadar pertunjukan tari saja.
Pada setiap syair Lego-lego yang dibacakan atau dinyanyikan oleh Juru Pukong, biasanya berisi suatu pengajaran yang disampaikan oleh masyarakat dan tujuannya adalah untuk saling menghormati antar suku, klan serta menjaga kerukunan antara umat beragama.
Syar Lego-lego juga disampaikan tentang sejarah nenek moyang, sejarah suku dan tentang perpindahan antar suku. Tari Lego-Lego berasal dari Pulau Alor Pantar ini juga memiliki perbedaan pada alat musik yang digunakan, antara masyarakat Alor Pantar yang berada di wilayah pesisir dengan masyarakat Alor Pantar yang berada di wilayah pegunungan.
Pada Tari Lego-Lego yang ditampilkan oleh masyarakat yang berada di wilayah pesisir Alor Pantar atau Nuh Atinang, pada umumnya diiringi oleh alat musik seperti gong serta gendang.
Sementara itu, masyarakat yang berada pada wilayah pegunungan Alor Pantar atau Nuh Mate, biasanya hanya menggunakan iringan musik yang berasal dari hentakan kaki para penari laki-laki dan gelang kaki yang digunakan oleh penari perempuan.
Tari Lego-Lego Alor Pantar pada umumnya memiliki ciri khas yang sama ketika melakukan gerakan, alat musik yang digunakan pun tidak hanya giring-giring saja, tetapi ada beberapa macam seperti fong, maal atau moko, tambur panjang atau tubbi dan lainnya.
Properti Tari Lego-Lego
Seperti halnya tari tradisional yang lainnya, Tari Lego-Lego juga membutuhkan properti khusus yang digunakan untuk mendukung penampilan dari Tari Lego-Lego. Beberapa properti yang digunakan adalah seperti aksesoris, busana maupun alat musik.
Seluruh properti dari Tari Lego-Lego bukan menjadi suatu keharusan. Terkadang ada pula pertunjukan Tari Lego-Lego yang hanya menggunakan sebagian dari properti saja. Berikut beberapa properti Tari Lego-Lego yang biasa digunakan.
1. Gong
Ketika penampilan Tari Lego-Lego, penari akan diiringi oleh alat musik seperti gong. Alat musik gong tersebut berupa lingkaran yang dibunyikan dengan cara dipukul dengan menggunakan palu khusus.
Ukuran gong yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang besar sehingga perlu diangkat oleh dua orang, tetapi ada pula gong dengan ukuran kecil. Meskipun begitu, ada pula Tari Lego-Lego yang dimainkan tanpa menggunakan alat musik apapun, hanya dengan irama dari hentakan kaki dan gemerincing gelang kaki penari saja.
2. Moko
Moko merupakan alat musik tradisional khas Alor. Alat musik satu ini hampir memiliki bentuk seperti kendang dan memiliki ukuran yang berbeda-beda. Pada umumnya, Moko terbuat dari tembaga, kuningan atau bahkan perunggu.
Sejak dahulu, alat musik Moko sering kali dimanfaatkan oleh masyarakat Alor sebagai alat barter, alat untuk membayar denda atau bahkan mas kawin.
Kepemilikan alat musik Moko bagi masyarakat Alor ini, dapat menunjukan status sosial dari orang tersebut. Oleh karena itu, alat musik Moko juga sering kali digunakan sebagai mahar pernikahan yang cukup berharga bagi masyarakat.
3. Kain tenun khas Alor
Tidak seperti tari tradisional khas Jawa atau daerah lain yang memiliki kostum khusus, pada Tari Lego-Lego umumnya para penari tidak perlu mengenakan kostum khusus. Akan tetapi, pada umumnya para penari akan mengenakan pakaian yang terbuat dari kain tenun khas dari Alor.
Kain tenun khas Alor tersebut memiliki ciri khas yaitu penggunaan motif kenari. Karena Pulau Alor juga dikenal dengan julukan Pulau Kenari. Para pengrajin kain tenun Alor sangat banyak berada di Kupang serta daerah NTT yang lainnya, sehingga tidak sulit untuk menemukan kain tenun khas Alor ini.
4. Busana adat
Penari Lego-lego pada umumnya hanya mengenakan busana adat ketika acara kesenian digelar. Untuk penari laki-laki, busana adat yang dikenakan akan dipadukan dengan penutup kepala, sehingga para penari akan terlihat lebih rapi.
Sementara itu, para penari perempuan pada umumnya membiarkan rambutnya terurai ketika mementaskan Tari Lego-Lego. Tentu saja, busana adat dari Alor akan dikombinasikan dengan berbagai macam aksesoris lainnya.
5. Ikat kepala
Aksesoris yang digunakan pada pementasan Tari Lego-Lego yang pertama adalah aksesoris yang dikenakan oleh penari laki-laki yaitu ikat kepala. Akan tetapi, aksesoris ikat kepala ini juga bisa dikenakan oleh penari perempuan. Meskipun begitu, desain dari ikat kepala laki-laki dan perempuan ini berbeda.
Bagi penari perempuan, ikat kepala yang digunakan berbentuk V serta terdiri dari perpaduan warna putih, hitama serta merah. Agar ikat kepala semakin terlihat menarik, biasanya akan ditambah dengan aksesoris lainnya seperti kalung, anting dan gelang.
Sementara itu, ikat kepala yang digunakan oleh penari laki-laki dibentuk hampir seperti mahkota. Agar lebih terlihat eksentrik, pada umumnya ikat kepala akan ditambahkan dengan dasi dan perhiasan yang dikenakan pada bagian lengan.
Pembuatan untuk ikat kepala laki-laki, biasanya menggunakan kain merah, karpet, lem lilin serta beberapa helai bulu unggas. Kombinasi dari properti tersebut, akan membuat Tari Lego-Lego yang ditampilkan semakin terlihat menarik maupun serasi.
6. Gelang kaki
Properti terakhir yang digunakan pada Tari Lego-Lego adalah gelang kaki. Properti gelang kaki akan digunakan pada Tari Lego-Lego yang menggunakan iringan musik ataupun tanpa iringan musik.
Gelang kaki ini memiliki manfaat untuk menghasilkan suara gemerincing ketika penari berjalan atau menari. Tentu saja, suara dari gelang kaki akan membuat para penari lebih mudah menyesuaikan setiap langkah dan membuat tarian lebih serasi. Mengingat bahwa Tari Lego-Lego biasanya ditarikan dalam kelompok yang besar.
Fungsi Tari Lego-Lego
Pementasan dari Tari Lego-Lego, tentu saja akan dinantikan oleh masyarakat setempat dan pengunjung. Sebab Tari Lego-Lego memiliki makna dan keunikan yang membuat tarian ini lebih menarik untuk disaksikan. Selain itu, Tari Lego-Lego juga tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja.
Ada banyak fungsi dari Tari Lego-Lego ini yang membuat tari tradisional dari NTT satu ini masih lestari hingga saat ini. Berikut penjelasan tentang fungsi dari Tari Lego-Lego.
1. Sebagai tari untuk menyambut tamu
Tari Lego-Lego sering dipentaskan ketika ada festival atau bahkan acara besar. Tujuannya adalah untuk menyambut tamu atau pengunjung yang menghadiri acara maupun festival tersebut.
Tari tradisional khas NTT satu ini dipentaskan ketika ada acara besar untuk memperkenalkan budaya dari masyarakat Alot pada warga asing yang berkunjung dari daerah lain di Indonesia atau dari luar negeri. Selain itu, Tari Lego-Lego juga menunjukan bahwa masyarakat Alor, NTT bersikap ramah ketika menyambut tamu.
2. Sebagai wujud rasa kegembiraan, usai berhasil mencapai hal tertentu
Tari Lego-Lego juga sering dipentaskan sebagai wujud syukur usai masyarakat memperoleh suatu keberhasilan. Contohnya ketika masyarakat menerima kelancaran dan keberhasilan ketika memanen hasil bumi yang telah dirawat dengan lama dan susah payah.
Tidak hanya itu saja, Tari Lego-Lego juga akan dipentaskan ketika ada masyarakat yang sedang melaksanakan upacara pernikahan. Selain pada acara pernikahan, Tari Lego-Lego dahulu juga dipentaskan untuk menyambut kedatangan pasukan perang.
Para penari akan menari secara melingkar dengan kompak sambil menyanyikan puji-pujian pada Tuhan. Pementasan Tari Lego-Lego ini adalah sebagai bentuk ungkapan kegembiraan dari masyarakat Alor atas segala bentuk keberhasilan yang diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat akan ikut merasakan suka cita dengan menari Lego-lego.
3. Aktualisasi dari kebersamaan masyarakat
Gerakan bergandengan tangan yang dilakukan oleh para penari Lego-lego adalah sebagai wujud dari aktualisasi persatuan dari seluruh masyarakat Alor. gerakan satu ini juga menjadi cerminan dari masyarakat yang memiliki semangat gotong royong, sesuai dengan makna dari Tari Lego-Lego. Maka dengan begitu, melestarikan Tari Lego-Lego termasuk sebagai salah satu usaha dalam melestarikan budaya gotong royong dari masyarakat.
4. Penyambutan dalam Acara Sunna Hada
Fungsi selanjut dari Tari Lego-Lego adalah sebagai penyambutan pada acara Sunna Hada. Acara Sunna Hada merupakan salah satu budaya yang masih dilestarikan dan dilakukan oleh masyarakat Alor.
Sunna Hada merupakan tradisi sunat massal yang diselenggarakan berdasarkan pada periode tertentu. Ada pula anak-anak yang boleh mengikuti Sunna Hada adalah anak laki-laki dengan rentang usia 4 hingga 10 tahun.
Pelaksanaan dari Sunna Hada pun melibatkan beberapa suku sekaligus, pada acara tersebut, masyarakat juga akan menari Lego-lego secara bersamaan sebagai sambutan dari acara Sunna Hada.
5. Wujud syukur atas hasil panen
Masyarakat Alor mayoritas memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Banyak penduduk Alor yang fokus untuk mengelola ladang dengan menanam ladang dengan padi, ubi, kacang-kacangan, sorgum dan jagung,
Ketika musim panen telah tiba, maka wujud syukur dari para petani di Alor akan dituangkan dengan puji-pujian pada Tuhan Yang Maha Esa dan puji-pujian tersebut akan dilaksanakan pada pementasan Tari Lego-Lego.
Selain kelima fungsi dari Tari Lego-Lego yang membuat tarian tradisional ini harus dilestarikan, ada pula beberapa keunikan dari Tari Lego-Lego yang mampu menarik minat para wisatawan daerah maupun mancanegara.
Menurut catatan sejarah, sejak dahulu kala masyarakat Alor sering melaksanakan pekerjaan dengan cara gotong royong. Setelah pekerjaan tersebut selesai, maka masyarakat akan mengelilingi Mezbah dan mengucapkan syukur serta menyanyikan puji-pujian pada Tuhan.
Adat inilah yang lalu dikenal sebagai tradisi Tari Lego-Lego hingga saat ini. Maka dari itu, setiap masyarakat setempat merasa gembira karena suatu hal, maka wujud kegembiraannya pun akan dituangkan dalam bentuk tari.
Keunikan dari Tari Lego-Lego dapat dilihat dari banyaknya jumlah penari yang ikut menari dengan atau tanpa iringan musik, bahkan penari dalam tari inipun tidak memandang gender, setiap orang dapat turut serta ikut menari.
Untuk menghasilkan gerakan yang harmoni, maka para penari perlu berlatih dan berkonsentrasi penuh. Maka, akan terlihat tarian yang kompak dan menggambarkan fungsi atau makna dari tari ini, yaitu kebersamaan dan gotong royong.
Itulah penjelasan tentang Tari Lego-Lego, yaitu tari tradisional khas dari daerah Alor, Nusa Tenggara Timur, jika Grameds tertarik untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang tari tradisional khas Nusantara, maka Grameds bisa mencari infonya dengan membaca buku.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan buku-buku tentang seni tari untuk Grameds yang tertarik belajar seni tari. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.
Jangan ragu membeli buku di Gramedia, karena dijamin berkualitas dan original.
Penulis: Khansa
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien
0 Komentar