Tari di Indonesia sangatlah banyak, secara
umum jenis tari terbagi dalam dua kategori yaitu tari tradisional dan tari
non tradisional. Pengkategorian jenis tari tersebut, dikarenakan adanya
perbedaan yang berkaitan dengan tempat tumbuh dan berkembangnya
jenis tari, serta bentuk tari, dan fungsi tari. Tari tradisional adalah tari-tarian
yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, bertumpu
pada pola garapan tradisi yang kuat dan sudah mengalami perjalanan
sejarah yang panjang. Tari daerah memiliki ciri kedaerahan yang unik dan
kental yang membedakannya dengan daerah lainya. Seperti pendapat
Alwi (2003:103) yang menyebutkan bahwa kesenian tradisional adalah
kesenian yang diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung
unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama. Tari tradisional tersebut diperkuat oleh pendapat Sekarningsih dan Rohayani (2006:5) yang mengungkapkan bahwa seni tari adalah tarian yang telah mengalami perjalanan dan memiliki nilai-nilai masa lampau yang dipertahankan secara turun-temurun serta memiliki hubungan ritual atau adat istiadat. Hidayat (2005:14) juga berpendapat bahwa tari tradisi ialah tarian yang dibawakan dengan tata cara yang berlaku di suatu lingkungan etnik atau adat tertentu yang bersifat turun temurun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tari tradisional adalah tarian yang telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu yang cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik tertentu sehingga memiliki nilai-nilai estetika klasik yang dilestarikan dari generasi ke generasi. Untuk mempermudah pemahaman mengenai klasifikasi jenis tari, berikut ini adalah bagan klasifikasi tari menurut Soedarsono.
Tari tradisional adalah tari-tarian yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, bertumpu pada pola garapan tradisi yang kuat dan sudah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Tari daerah memiliki ciri kedaerahan yang unik dan kental yang membedakannya dengan daerah lainya. Tari tradisional terbagi menjadi tiga yaitu tari Primitif, tari Tradisional Kerakyatan dan tari Tradisional Klasik. Tari Primitif adalah tari yang memiliki ciri bentuk gerak, iringan, rias dan busana yang bersahaja. Tari Primitif ada di seluruh dunia pada waktu masyarakat masi hidup dalam jaman pra sejarah. Pada saat ini, tari Primitif dapat dijumpai pada suku-suku pedalaman yang masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra sejarah. Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi landasan seluruh aktivitas kehidupan suku-suku bangsa di pedalaman, sehingga tari Primitif menjadi bagian penting di setiap upacara. Contoh tari primitif adalah tari berburu ikan dari Papua Barat seperti tampak pada Gambar 1.2 berikut ini. Berikut ini adalah tautan video Tari Wutukala, silahkan pindai QR code berikut ini menggunakan smartphone.
Gambar 1.2 : Tari Wutukala
Sumber: IndonesiaKaya/Youtube.com (20150).
Tari tradisional kerakyatan adalah tarian yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat biasa. Tari tradisional muncul berawal dari berkumpulnya sekelompok masyarakat dengan beraneka kegiatan yang salah satunya melahirkan jenis kesenian rakyat seperti tari, musik, dan drama/teater tradisional. Kesenian yang muncul dari masyarakat sesuai dengan keadaan masyarakat. Salah satu contoh tari kerakyatan yang tumbuh subur di Provinsi Jawa Timur adalah Tari Jaran Kepang seperti terlihat pada Gambar 1.3 berikut.
Tari klasik adalah tarian yang hidup dan berkembang di kalangan bangsawan yang tinggal di istana. Tarian ini telah mengalami kristalisasi nilai seni yang tinggi serta memiliki patokan, aturan dan kaidah tertentu yang harus dipatuhi. Salah satu contoh tari klasik adalah tari Bedoyo Ketawang dari Surakarta seperti tampak pada Gambar 1.4 berikut.
Seni tari dalam perkembangannya terus mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman. Seni tari berkembang terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang sangat signifikan dan tidak terputus satu sama lain melainkan saling berkesinam-bungan. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tari, salah satunya adalah adanya pengaruh budaya asing. Budaya asing menjadi faktor yang berpengaruh luar biasa terhadap perkembangan seni tari, hingga pada saat ini budaya asing lazim disebut dengan istilah budaya modern. Kata modern dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) berarti yang terkini atau sesuai tuntutan jaman. Jenis tari yang berkembang karena budaya modern dan memiliki ciri-ciri budaya modern, serta mengandung unsur kekinian atau kebaruan disebut dengan tari modern. Dalam perkembangan tari di Indonesia, tari tradisional yang diberi bentuk baru dalam upaya untuk menyesuaikan dengan budaya kekinian, disebut dengan tari kreasi baru. Tari kreasi baru terus berkembang dan memiliki keragaman dan keunikan yang khas.
Perkembangan seni termasuk seni tari terjadi secara alami dan sesuai dengan tuntutan zaman. Oleh karena itu, muncul keragaman seni tari baik di Nusantara maupun di mancanegara. Jenis tari kreasi baru dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Tari Kreasi Baru Berpola Tradisi
Tari kreasi berpola tradisi adalah tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi baik dalam koreografi, musik/ karawitan, tata busana dan rias, maupun tata teknik pentasnya, tanpa menghilangkan esensi tradisinya. Salah satu contoh tari kreasi baru yaitu tari Nandak Gojek dari Betawi, yang ditarikan oleh siswi SMK Negeri di Jakarta Jurusan Seni Tari. Tarian ini diciptakan pada tahun 2014 oleh siswi SMK dengan bimbingan guru kesenian, bentuk tarian ini berangkat dari pengembangan gerak tari Topeng Betawi dengan iringan musik Gamelan Topeng dan properti tari yaitu payung.
2. Tari Kreasi Baru Tidak Berpola Tradisi (Non Tradisi)
Tari kreasi baru tidak berpola tradisi (non tradisi) adalah tari kreasi baru yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana maupun tata teknik pentasnya. Salah satu tari kreasi baru non tradisi yaitu tari modern yang sering juga disebut tari kontemporer. Berikut ini adalah contoh tari kreasi baru non tradisi.
Sumber: FBS.UNJ/Wiwit (2013)
Untuk lebih memahami mengenai tari tradisi dan tari kreasi baru, selain menggunakan gambar atau foto, Guru juga dapat menggunakan flowchart untuk memberikan pengalaman apresiasi tari tradisi dan tari kreasi baru. Berikut ini adalah tautan tayangan “Mengenal Tari Tradisional Nusantara” pada kanal Youtube “SmartPoint TV”, silahkan pindai QR code berikut ini dengan smartphone.
Mengenai makna, Simbol dan Nilai Estetis pada Tari Tradisi dan Tari Kreasi baru
Tari tradisional memiliki karakteristik yang khas pada tiap daerah. Hal ini disebabkan karena tiap daerah memiliki keunikannya tersendiri, sehingga tari yang muncul dan berkembang juga memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan tari ini tampak pada gerak, iringan musik, hingga busana dan tata rias wajah yang dikenakan. Perbedaan karakteristik gerak tari yang paling mencolok adalah pada motif gerak tangan, kaki, kepala dan gerak anggota tubuh lainnya. Gerak tari tradisional Indonesia memiliki keunikan di setiap daerah, berikut ini adalah keunikan gerak tari dari beberapa daerah di Indonesia.
- Tari Bali memiliki keunikan pada bola mata yang bergerak ke kanan ke kiri secara cepat. Selain bola mata, gerak siku tangan penari juga selalu diangkat tinggi sehingga pada bagian ketiak terlihat.
- Tari Gendhing Sriwijaya memiliki keunikan yang terletak pada gerakan jari tangan. Kekuatan gerak tari Gendhing Sriwijaya terletak pada lentiknya gerakan jari jemari penari.
- Tari Pagelu yang berasal dari Sulawesi Selatan, memiliki ciri khas pada gerak kaki yang bertahan pada lantai.
- Gerakan tangan dan kaki yang kuat, terkadang mengalun, namun patah-patah banyak dijumpai pada tarian dari Minang. Gerakan yang patah-patah, kuat dan mengalun disebabkan karena daerah Minang banyak dipengaruhi gerakan-gerakan silat.
- Keunikan gerak pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, lengan, leher dan badan, banyak ditemukan pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta. Keunikan gerak yang muncul, didasarkan pada karakter tari yang diperankan.
- Tari yang berasal dari Papua memiliki keunikan gerak pada kaki. Gerakan-gerakan kaki penari dilakukan secara ritmis dan sangat dinamis.
- Tarian yang memiliki keunikan gerak tangan dan properti, berasal dari suku Dayak. Gerakan tangan yang melambai, mengayun dengan menyelipkan bulu burung Enggang yang diselipkan di jarijari tangannya.
Tari merupakan ekspresi jiwa yang mengandung maksud-maksud tertentu. Maksud tertentu dari tari, biasanya dapat dikenali melalui simbol dalam tarian yang akan mewakili makna yang dimaksud dalam tarian tersebut. Selain itu, simbol gerak dalam tarian juga dapat membantu dalam menemukan nilai-nilai estetika di dalam tari. Sebagai contoh, simbol gerak di dalam tari tradisi terdapat pada gerak Ulap-ulap (dalam tari jawa) yang merupakan stilasi dari orang yang sedang melihat sesuatu yang jauh letaknya. Kemudian pada silmbol gerak Sembah dalam tari Jawa memiliki arti memberikan penghormatan kepada penonton.
Gerak dasar tari tradisional dapat dibedakan menjadi gerak murni dan gerak maknawi.
1. Gerak Murni
Gerak murni adalah gerak dasar tari yang tidak memperhitungkan makna atau tujuan tetapi hanya mengutamakan unsur keindahan saja. Gerak murni lebih banyak ditemukan pada tari tradisional kerakyatan, tari kreasi dan kontemporer. Contoh gerak murni dapat berupa menggoyangkan badan, melenggang, mengayunkan tangan.
Beberapa tarian kerakyatan yang menggunakan gerak murni antara lain: Tari Jaran Kepang, Tari Ndolalak, Tari Topeng Ireng, dan Tari Angguk. Untuk memperjelas contoh gerak murni, berikut ini pada Gambar tautan tayangan pagelaran Tari Ndolalak pada kanal Youtube Black Cat, silahkan pindai QR code berikut dengan smartphone.
2. Gerak Maknawi
Gerak maknawi adalah gerakan dasar tari yang memiliki arti serta tujuan tertentu. Gerak maknawi diperagakan dengan memiliki maksud-maksud tertentu. Gerak maknawi lebih banyak dijumpai pada tari klasik yang bentuk geraknya bersifat agung dan penuh arti. Contoh gerak maknawi adalah gerak Ulap-ulap. Berikut contoh gerak maknawi yang terdapat dalam tari Bedhaya Ela-ela dari Surakarta,
seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Makna tari sesungguhnya tidak terbatas hanya dapat dikenali melalui simbol gerak, tetapi juga dapat dikenali dari elemen tari lainnya yaitu dari warna dan desain kostum, atribut yang dikenakan oleh penari, properti tari, bahkan dari rias wajah penari. Sebagai contoh, pada tari Ratu Graeni dari daerah Jawa Barat penari terlihat menggunakan kostum berwarna biru, menggunakan penutup kepala mahkota, garisgaris dalam rias wajahnya simetris dan sejajar dengan teknik sapuan yang halus. Dari simbol-simbol yang ditampilkan oleh penari tersebut, dapat dikenali maknanya bahwa penari sedang membawakan tokoh seorang ratu yang berkarakter baik hati dan berbudi halus. Dari simbol-simbol yang ditampilan oleh penari, penonton dapat menemukan keunggulan atau nilai (value) estetika tari yang diamati. Nilai estetika di dalam tari bermacam-macam, diantaranya nilai estetis, nilai kemanusiaan, dan nilai lainnya. Nilai estetis sering dikatakan sebagai nilai (value) dalam pengertian indah atau keindahan yang menyenangkan. Untuk memahami nilai yang terdapat pada tari, berikut adalah contoh pertanyaan yang ditanyakan kepada peserta didik “Pernahkah kalian melihat pementasan seni tari?”, “Apakah yang kalian rasakan saat melihat pementasan seni tari?”. Dari pertanyaan tersebut, tentu saja jawaban dari peserta didik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan tiap-tiap peserta didik memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Pengalaman menemukan nilai estetis di dalam tari sangat tergantung dari faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif sangat dipengaruhi oleh pemahaman penonton terhadap pengetahuannya tentang kriteria benda atau karya yang indah. Benda itu sangat estetis karena adanya sifat-sifat indah yang melekat pada benda dan tidak terkait dengan selera orang yang mengamati. Sifat indah yang melekat pada karya tari bukan hanya indah secara bentuk tetapi juga indah secara isi, artinya di dalam karya tari tersebut mengandung nilai kemanusiaan, nilai pendidikan dan nilai lainnya. Sedangkan faktor subjektif, sangat dipengaruhi oleh selera orang yang mengamati benda atau karya tari.
0 Komentar