Ticker

6/recent/ticker-posts

OM SWASTIASTU

SELAMAT DATANG DI BLOG JULDWIPAESCMART

SEJARAH PULAU BALI 1

Asal MUASAL  Sejarah Pulau Bali

Sejarah Pulau Bali – Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut.

Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini.Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.

 

Sejarah Pulau Bali Lengkap 1

Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia.Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Bali telah dihuni oleh bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 sebelum Masehi yang bermigrasi dan berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara.

Budaya dan bahasa dari Orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania.Alat-alat batu yang berasal dari saat itu telah ditemukan di dekat desa Cekik di sebelah barat pulau Bali.

Pada masa Bali kuno, terdapat sembilan sekte Hindu yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya.

Setiap sekte menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya.Budaya Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya Hindu, mulai sekitar abad 1 Masehi.

Nama Bali Dwipa (“pulau Bali”) telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk pilar prasasti Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 Masehi yang menyebutkan “Walidwipa”.

Pada masa itu sistem irigasi Subak yang kompleks sudah dikembangkan untuk menanam padi.Beberapa tradisi keagamaan dan budaya masih ada sampai saat ini dan dapat ditelusuri kembali pada masa itu.

Kerajaan Hindu Majapahit (1293-1520 Masehi) di Jawa Timur mendirikan sebuah koloni di Bali pada tahun 1343.

Ketika masa kejayaan sudah menurun, ada eksodus besar-besaran dari intelektual, seniman, pendeta, dan musisi dari Jawa ke Bali pada abad ke-15.

 

Sejarah Pulau Bali dan Perkembangannya

ASAL USUL SEJARAH PULAU BALI

SEJARAH PULAU BALI MASA PRASEJARAH

Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan.

Walaupun pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang.

maka bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan kita.

Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di Bali semakin terang.

Perhatian terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan oleh seorang naturalis bernama Georg Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer.

Sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis.

BACA JUGA: Sejarah Raja Ampat.

Dia mengadakan perjalanan menjelajahi Bali. Dan memberikan beberapa catatan antara lain tentang nekara Pejeng, Trunyan, dan Pura Bukit Penulisan.

Perhatian terhadap nekara Pejeng ini dilanjutkan oleh K.C Crucq tahun 1932 yang berhasil menemukan tiga bagian cetakan nekara Pejeng di Pura Desa Manuaba, Tegallalang.

Penelitian prasejarah di Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. van Heekeren dengan hasil tulisan yang berjudul Sarcopagus on Bali tahun 1954.

Pada tahun 1963 ahli prasejarah putra Indonesia Drs. R.P. Soejono melakukan penggalian ini dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tahun 1973, 1974, 1984, 1985.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap benda-benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk Gilimanuk diduga bahwa lokasi Situs Gilimanuk merupakan sebuah perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali.Di tempat ini sekarang berdiri sebuah museum.

Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali, kehidupan masyarakat ataupun penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat dibagi menjadi :

·         Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

·         Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

·         Masa bercocok tanam

·         Masa perundagian

SEJARAH PULAU BALI MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT SEDERHANA

Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 dengan ditemukan di Sambiran (Buleleng bagian timur), serta di tepi timur dan tenggara Danau Batur (Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak berimbas, serut dan sebagainya.

Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah tersebut kini disimpan di Museum Gedong Arca di Bedulu, Gianyar.

Kehidupan penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya tergantung pada alam lingkungannya.

Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya (nomaden).Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang mengandung persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya.Hidup berburu dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama.

Tugas berburu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi.

Perempuan hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya.

Hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti apakah manusia pada masa itu telah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama lainnya.

Walaupun bukti-bukti yang terdapat di Bali kurang lengkap, tetapi bukti-bukti yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur) dapatlah kiranya dijadikan pedoman.

Para ahli memperkirakan bahwa alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman dan mempunyai banyak persamaan dengan alat-alat batu dari Sembiran, dihasilkan oleh jenis manusia.

Pithecanthropus erectus atau keturunannya.Kalau demikian mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran dihasilkan oleh manusia jenis Pithecanthropus atau keturunannya.

SEJARAH PULAU BALI MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT LANJUT

Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh.Hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam sekitar dilanjutkan terbukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan kulit kerang.

Bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung).

Gua ini terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa.Di daerah ini terdapat goa yang lebih besar ialah Gua Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana.

Dalam penggalian Gua Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang.

Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.

BACA JUGA: Belitung Dalam Lintas Sejarah Maritim Indonesia.

Alat-alat semacam ini ditemukan pula di sejumlah gua Sulawesi Selatan pada tingkat perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal pula di Australia Timur.

Di luar Bali ditemukan lukisan dinding-dinding gua, yang menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.

Lukisan-lukisan di dinding goa atau di dinding-dinding karang itu antara lain yang berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, lukisan mata dan sebagainya.

Beberapa lukisan lainnya ternyata lebih berkembang pada tradisi yang lebih kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga di antaranya adalah lukisan kadal seperti yang terdapat di Pulau Seram dan Papua, mungkin mengandung arti kekuatan magis yang dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.

SEJARAH PULAU BALI MASA BERCOCOK TANAM

Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya.

Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat.

Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing).

Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan.

Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon.

Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik.

Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita.

Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M.

Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini.

Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan.

Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.

SEJARAH PULAU BALI MASA PERUNDAGIAN

Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam kelompok-kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan peternakan).

Pada masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dizaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang terpenting di antaranya adalah temuan-temuan dari Anyer Lor (Banten), Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa).

Dari temuan kerangka yang banyak jumlahnya menunjukkan ciri-ciri manusia.Sedangkan penemuan di Gilimanuk dengan jumlah kerangka yang ditemukan 100 buah menunjukkan ciri Mongoloid yang kuat seperti terlihat pada gigi dan muka.

Pada rangka manusia Gilimanuk terlihat penyakit gigi dan encok yang banyak menyerang manusia ketika itu.

Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa dalam masyarakat Bali pada masa perundagian telah berkembang tradisi penguburan dengan cara-cara tertentu.

Adapun cara penguburan yang pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau sarkofagus yang dibuat dari batu padas yang lunak atau yang keras.

Cara penguburannya ialah dengan mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti ditemukan di tepi pantai Gilimanuk (Jembrana).

Benda-benda temuan ditempat ini ternyata cukup menarik perhatian di antaranya terdapat hampir 100 buah kerangka manusia dewasa dan anak-anak, dalam keadaan lengkap dan tidak lengkap.

Tradisi penguburan dengan tempayan ditemukan juga di Anyar (Banten), Sabbang (Sulawesi Selatan), Selayar, Rote dan Melolo (Sumba).Di luar Indonesia tradisi ini berkembang di Filipina, Thailand, Jepang dan Korea.

Kebudayaan megalithik ialah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar.

Batu-batu ini mempunyai biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan.

Di daerah Bali tradisi megalithik masih tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.

Adapun temuan yang penting ialah berupa batu berdiri (menhir) yang terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di Trunyan.

Di pura in terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik.Arca ini tingginya hampir 4 meter.

Temuan lainnya ialah di Sembiran (Buleleng), yang terkenal sebagai desa Bali kuna, disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan.

Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat pada pura-pura yang dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini.

Dari 20 buah pura ternyata 17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya dibuat sederhana sekali.

Di antaranya ada berbentuk teras berundak, batu berdiri dalam palinggih dan ada pula yang hanya merupakan susunan batu kali.

Temuan lainnya yang penting juga ialah berupa bangunan-bangunan megalithik yang terdapat di Gelgel (Klungkung).

Temuan yang penting di desa Gelgel ialah sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran Jro Agung.

Arca menhir ini dibuat dari batu dengan penonjolan kelamin wanita yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.

...................................................................

SEJARAH KERAJAAN BALI KUNO

By Bali Tours Club Leave a Comment

Keberadaan Bali sekarang ini tentunya tidak lepas dengan sejarah panjang masa lalu yang menyangkut keberadaan kerajaan Bali kuno di pulau Bali.Pada masa pemerintahan kerajaan Bali kuno tersebut, raja-raja silih berganti memegang tapuk pemerintahan, apakah itu karena keturunan ataupun saudara termasuk juga dari dinasti yang berbeda. Tercatat dalam sejarah Bali Kuno dinasti Warmadewa yang memerintah kerajaan Bali kuno pertama, berdasarkan prasasti Blanjong yang ditemukan di Banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Bali yang berangka tahun 913 M atau 835 Isaka.

Gunung Kawi - Banguian sejarah Kerajaan Bali Kuno

Prasasti Blanjong tersebut merupakan prasasti tertulis tertua yang terdapat sejarah tentang raja-raja kuno di pulau Bali, tulisan dalam prasasti Blanjong ini dengan huruf Pranagari dalam bahasa Bali Kuno dan huruf Kawi menggunakan bahasa Sanskerta. Bentuk prasasti tersebut berupa pilar batu dengan tinggi 177 cm dan diameter 62 cm, peninggalan sejarah Bali tempo dulu ini juga meliputi sejumlah arca kuno dan tempat pemujaan. Dalam prasasti disebutkan kata Walidwipa sebutan untuk pulau Bali, dikeluarkan oleh raja Bali bernama Sri Kesari Warmadewa, sebagai tanda kemenangan mengalahkan musuh-musuhnya.

baca juga: mengenang sejarah masa lalu Bali tempo dulu >>>>

Bukti sejarah Bali Kuno lainnya ditemukanya juga beberapa cap kecil berukuran 2.5 cm dari tanah liat, prasasti ini ditemukan di daerah Pejeng, prasasti berupa cap kecil di Pejeng ini berangka tahun 882 dan merupakan prasasti tertua di Bali. Prasasti ini tidak menyebutkan tentang keberadaan kerajaan Bali pada abad tersebut, tetapi memberikan perintah untuk membuat pesanggrahan dan pertapaan di Bukit Kintamani.

Sejarah Raja Saat Kerajaan Bali Kuno

Sejarah kerajaan Bali Kuno termasuk keberadaan dinasti Warmadewa yang memerintah pertama, serta sejumlah prasasti ditemukan di sejumlah tempat yang berkaitan dengan raja atau penguasa di Bali, berikut informasinya.

Prasasti Blanjong dari jaman Bali Kuno

  • Sri Kesari Warmadewa

Yang tercatat dalam sejarah Bali Kuno, raja Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama yang memerintah di Bali. Raja ini juga sebagai pendiri dari dinasti Warmadewa, nama Warmadewa memastikan kalau raja berasal dari keturunan Sailendra dari Sriwijaya Palembang. Dalam kitab kuno Raja Purana, disebutkan kalau raja Bali yang bernama Shri Wira Dhalem Kesari mendirikan istana Singhadwala di kawasan pura Besakih, sang raja sangat tekun melakukan pemujaan terhadap Dewa yang berstana di gunung Agung, tempat pemujaanya sekarang dinamakan Merajan Selonding. Sri Kesari Warmadewa tidak lama memerintah, hanya sekitar 2 tahun dan kemudian digantikan oleh Ugrasena.

  • Shri Ugrasena

Raja Bali Kuno ini memerintah dari tahun 915 – 942 M, pusat pemerintanya di Singhamandawa, daerah sekitar Batur.Beliau seorang raja yang bijaksana, secara spiritual Bali berkembang pesat. Sehingga mulai mendapatkan perhatian oleh kaum pedagang dan kerajaan lain. Walaupun tidak menyematkan gelar Warmadewa, tapi dipastikan sang raja dari dinasti Warmadewa. Shri Ugrasena terkenal bijaksana dan berwibawa sehingga menjadikan pulau Bali aman dan tenteram.Pada saat jaman pemerintahan Bali Kuno tersebut para pendeta Siwa Budha, Hindu, Rsi para Empu datang dari pulau Jawa dan juga India semua hidup rukun. Sejumlah prasasti juga menyebutkan keberadaan raja Shri Ugrasena seperti Prasasti Sembiran A I, Prasasti Pengotan A I, Prasasti Gobleg Pura Batur A dan lainya prasasti-prasasti tersebut tertulis dalam bahasa Bali Kuno.

  • Shri Tabanendra Warmadewa

Pemerintahan kerajaan Bali Kuno berlanjut ke raja Shri Tabanendra Warmadewa, sang raja masih merupakan keturunan dinasti Warmadewa, beliau sendiri putra dari raja Shri Ugrasena, setelah Shri Ugrasena meninggal maka digantikan oleh putra beliau Shri Tabanendra Warmadewa dan bertahta di kerajaan Singhamandawa, beliau mempersunting istri dari anak seorang mpu, bernama Shri Subhadri Dharmadewi anak dari Mpu sendok yang berasal dari Jawa Timur, Dalam prasasti berbahasa Bali Kuno di Manikliyu di Kintamanii, disebutkan kalau ada raja putri, ini menandakan sang permaisuri yakni Shri Subhadri Dharmadewi ikut memerintah dalam kerajaan Bali Kuno, yang memerintah dari tahun 943-961 Masehi.

  • Jaya Singha Warmadewa

Pengganti berikutnya adalah Jaya Singha Warmadewa, beliau adalah putra raja suami istri Shri Tabanendra Warmadewa dan Shri Subhadri Dharmadewi, raja Bali Kuno ini juga tercatat membangun sebuah pemandian dengan sumber mata air alami di desa Manukaya, Tampaksiring, pemandian tersebut disebut Tirtha Empul, yang sekarang menjadi destinasi wisata populer di wilayah Tampaksiring Gianyar. Raja Bali Kuno ini memerintah mulai tahun 968 masehi – 975 masehi.

  • Shri Djanusandhu Warmadewa

Setelah Jaya singha Warmadewa meninggal, maka pemerintahan kerajaan Bali Kuno berikutnya digantikan oleh putranya, yakni Shri Djanusandhu Warmadewa, permaisuri raja berasal dari Jawa Timur yang diberi gelar Shri Wijaya Mahadewi. Banyak perbaikan pembangunan yang dilakukan pada jaman pemerintahan Shri Wijaya Mahadewi diantaranya pembangunan pura, kerajaan Bali Kuno saat tersebut juga banyak mendapatkan bantuan dari kerajaan Jawa Timur, sehingga penduduk pulau Bali terasa lebih makmur, kerajaan Bali kuno di bawah pemerintahan Shri Wijaya Mahadewi berlangsung dari tahun 975-988 Masehi.

  • Udayana Warmadewa Dan Gunapriya Dharmapatni

Kerajaan Bali Kuno berikutnya diperintah oleh raja suami istri, yakni raja Udayana Warmadewa bersama permaisurinya Gunapriya Dharmapatni (988-1011 M).Permaisurinya berasal dari Jawa Timur anak raja seorang putri dari Shri Makuta Wangsa Wardana dan bernama Mahendradatha.setelah dinobatkan sebagai raja suami istri sang pangeran bergelar Dharmodayana Warmadewa dan permaisurinya diberi gelar Gunapriya Dharmapatni, raja Bali kuno ini memerintah dari tahun 988-1011 Masehi. Namun yang cukup menarik, dalam sejumlah prasasti yang ditemukan di Bali menyebutkan nama permaisuri disebutkan terlebih dahulu. Pengaruh besar dari jawa ini juga membawa pengaruh pada kebudayaan, semenjak itu pembuatan prasasti digunakan bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi.Raja Udayana memiliki 3 orang putra diantaranya Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.Airlangga sendiri tidak pernah memerintah kerajaan di Bali, karena hijrah ke Jawa Timur dan menjadi menanti Dharmawangsa.

  • Marakata

Setelah Raja Udayana mangkat, upacara besar pun dilakukan untuk penghormatan kepada sang raja yang sudah berjasa besar, penghormatan oleh seluruh lapisan masyarakat Bali, para pemuka agama, pembesar kerajaan, pemuka masyarakat juga hadir untuk penghormatan tersebut, termasuk juga Mpu Beradah yang merupakan utusan dari Airlangga. Dan pemerintahan kerajaan Bali Kuno dilanjutkan oleh putera beliau yakni Marakata dan diberi gelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkaja sthana Uttunngadewa, raja Bali kuno ini memerintah dari tahun 1011-1022 M.

  • Anak Wungsu

Perjalanan sejarah kerajaan Bali Kuno berlanjut ke raja berikutnya yakni Anak Wungsu yang merupakan adik dari Marakata dan Airlangga. Pada jaman pemerintahan kerajaan Bali Kuno, raja Anak Wungsu tercatat paling banyak meninggalkan prasasti di Bali, diantaranya prasasati yang tersimpan di desa trunyan bangli, prasasti di Bebetin Buleleng, prasasti di Sembiran Buleleng, Sawan Belantih, SPrasasti Serai, Pengotan, Manikliyu Bangli, prasasti Klungkung dan banyak lagi lainnya, sebagian besar menggunakan bahasa Bali Kuno. Peninggalan sejarah Bali kuno tempo dulu juga berbentuk arca, salah satunya komplek candi Gunung Kawi yang sekarang menjadi destinasi wisata di bali. Sang raja pada masa pemerintahanya selama 28 tahun (1049–1077) berhasil membawa kesejahteraan masyarakat dan agama Hindu dan Budha bisa hidup berdampingan.Raja anak Wungsu dianggap rakyatnya sebagai Dewa Kebaikan.Anak Wungsu sendiri tidak memiliki putera, permaisurinya dikenal dengan Batari Mandul.

  • Shri Suradhipa

Setelah masa kejayaan kerajaan Bali Kuno di bawah pemerintahan raja Anak Wungsu, tercatat dalam sejumlah prasasti di Bali yang sudah berbahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi. Adanya seorang ratu yang bertahta di kerajaan Bali, sekitar tahun 1078-1114 Masehi yang menggantikan raja Anak Wungsu, pada tahun berikutnya ada juga prasasti yang sekarang tersimpan di Gobleg Buleleng yang berangka tahun 1115 Masehi bernama Shri Suradhipa, yang merupakan keturunan dinasti Warmedewa, beliau putra dari Shri Sakalendu.

  • Shri Jaya Pangus

Pemerintahan kerajaan Bali kuno berikutnya setelah Shri Suradhipa, berturut-turut diperintah oleh raja Shri Jaya Sakti, Shri Jaya Kasunu dan Shri Jaya Pangus.Dilihat dari nama-nama raja yang memerintah pada masa Bali Kuno tersebut, sudah terjadi percampuran dinasti atau wangsa yakni dari dinasti Warmadewa dengan dinasti Maharaja Jaya Sakti. Dalam sejumlah prasasti di Bali diketahui kalau Shri Jaya Sakti memerintah bali kuno dari tahun 1133-1150. Kerajaan Bali Kuno berikutnya dipegang oleh Shri Jaya Kasunu pada saat pemerintahanya diperkenalkan adanya perayaan Hari raya Galungan dan Kuningan.Selanjutnya raja Shri Jaya Pangus yang mengundang Sapta Pandita untuk memimpin upacara Eka dasa Rudra di Pura Besakih.Dalam sebuah prasasti Shri Jaya Pangus disebutkan berstana di Pejeng.Kerajaan Bali Kuno dibawah pemerintahan raja Shri Jaya Pangus dari tahun 1177-1199 Masehi.

Setelah wangsa atau dinasti Jaya Sakti memerintah kerajaan Bali Kuno, datang kerajaan Singasari yang menaklukkan kerajaan Bali pada tahun 1284 Masehi, kemudian datang lagi kerajaan Majapahit menaklukkan Bali di tahun 1343 masehi, dan raja-raja selanjutnya yang memerintah kerajaan di Bali diantaranya Sri Aji Kresna Kepakisan, Dalem Samprangan, Dalem Ketut, Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Sagening, Dalem Di Made, Dewa Pacekan, Dewa Cawu dan Anglurah Agung Maruti.

baca juga: sejarah tentang Bali >>>>

Demikian sedikit ulasan tentang sejarah kerajaan Bali kuno dari jaman tempo dulu.Sejumlah peninggalan sejarah baik itu berupa bangunan, arca kuno, prasasti dan lonta-lontar Bali kuno yang bisa anda temukan di sejumlah tempat di pulau Bali. Sejumlah bangunan sejarah Bali kuno, sekarang ini menjadi destinasi wisata dan tujuan tour populer di Bali.

sumber: https://yanartha.wordpress.com/kerajaan-bali-kuno/
             https://chirpstory.com/li/414769

 


....................................................................................................................

SEJARAH PULAU BALI PADA MASA 1343-1846

KEDATANGAN EKSPEDISI GAJAH MADA

Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh Kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa.

Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh beberapa orang arya.

Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan Kerajaan Bedahulu.

Pertempuran ini mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat.Setelah Pasung Grigis menyerah, terjadi kekosongan pemerintahan di Bali.

Sejarah Pulau Bali Babad

Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga.Dari sinilah berawal wangsa Kepakisan.

SEJARAH PULAU BALI PERIODE GELGEL

Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan oleh Dalem Ketut Ngulesir.

Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Gelgel (dibaca /gÉ›l’gÉ›l/). Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja pertama.

Raja yang kedua adalah Dalem Watu Renggong (1460—1550). Dalem Watu Renggong menaiki singgasana dengan warisan kerajaan yang stabil sehingga ia dapat mengembangkan kecakapan dan kewibawaannya untuk memakmurkan Kerajaan Gelgel.

Di bawah pemerintahan Watu Renggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak kejayaannya. Setelah Dalem Watu Renggong wafat ia digantikan oleh Dalem Bekung (1550—1580), sedangkan raja terakhir dari zaman Gelgel adalah Dalem Di Made (1605—1686).

SEJARAH PULAU BALI ZAMAN KERAJAAN KLUNGKUNG

Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gelgel.Pemberontakan I Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode Gelgel.

Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali.

Gusti Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan, ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, yaitu bekas tempat persembunyiannya di Semarapura.

Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja pertama zaman Klungkung. Raja kedua adalah Dewa Agung Di Made I, sedangkan raja Klungkung yang terakhir adalah Dewa Agung Di Made II.

Pada zaman Klungkung ini wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.Kerajaan-kerajaan kecil ini selanjutnya menjadi swapraja (berjumlah delapan buah) yang pada zaman kemerdekaan dikenal sebagai kabupaten.

KERAJAAN – KERAJAAN PECAHAN KLUNGKUNG

·         Kerajaan Badung, yang kemudian menjadi Kabupaten Badung.

·         Kerajaan Mengwi, yang kemudian menjadi Kecamatan Mengwi.

·         Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.

·         Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.

·         Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.

·         Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.

·         Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.

·         Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.

·         Kerajaan Denpasar,yang kemudian menjadi Kota Madya Denpasar

Demikian penjelasan maritimtours.com tentang Sejarah Pulau Bali dari Zaman Prasejarah hingga Kerajaan Klungkung, semoga bermanfaat.

Artikel Lanjutan: Sejarah Bali dari Masa Penjajahan Belanda Hingga Masa Kemerdekaan.

Artikel:

Sejarah Bali | Sejarah Pulau Bali | Info Tentang Bali | Asal-usul Sejarah Pulau Bali | Sejarah Pulau Bali dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kemerdekaan | Pulau Bali Tempo Doeloe.

Info Sejarah Perjuangan Bali PDF | Asal-usul Pulau Bali | Sejarah Kerajaan Bali | Sejarah Perang di Pulau Bali | Sejarah Pulau Bali Lengkap | Kajian Sejarah Pulau Bali.

Sejarah Pulau Bali PDF | Info Sejarah Pulau Bali PDF | Sejarah Pulau Bali PDF | Asal-usul Sejarah Pulau Bali PDF | Kajian Lengkap Sejarah Pulau Bali PDF.

 

 

 

SUMBER DARI BERBAGAI MEDIA ONLINE

DAN BUKU AGAMA HINDU

Posting Komentar

0 Komentar

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA